Solar Libur Weekend di Papua Barat
Manajer SPBU Manokwari: Kuota 10 Ton Per Hari, Penjualan Solar dan Pertalite Libur Tiap Sabtu
Manajer SPBU di Manokwari mengungkapkan kuota harian yang disediakan Pertamina sehingga pada hari Sabtu tidak menjual BBM bersubsidi.
Penulis: R Julaini | Editor: Jefri Susetio
Laporan Wartawan Tribun PapuaBarat.com, Fransiskus Salu Weking
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Penjualan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan Pertalite pada stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, selalu tutup di akhir pekan.
Kebijakan ‘meliburkan’ layanan penjualan BBM jenis solar ini sudah berlangsung sejak masa pandemi COVID-19, tahun lalu.
Manajer stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Sowi, ruas jalan raya Manokwari - Maruni, Stefanus Mite, menjelaskan, penjualan stok solar untuk Sabtu dipindahkan ke hari Minggu.
Sedangkan Pertalite, dibuka mulai Senin.
"Itu kebijakan SPBU, karena Sabtu itu hari libur," ucap Stefanus.
Ada empat produk BBM dijual di SPBU Sowi. Seperti, solar, Dexlite, Pertalite, dan Pertamax.
"Kuota masing-masing jenis setiap hari 10 ton," tuturnya.
Kecuali solar dan Pertalite, disepenser nozel khusus Dexlite dan Pertamax tetap memberi layanan.
Solar dan Pertalite adalah dua jenis BBM bersubsidi lebih murah 75 persen.
Harga solar Rp 5.150 per liter dan Pertalite Rp 7.650 per liter.
Sementara dua jenis BBM non subsidi; Pertamax Rp 12.750 dan Dexlite Rp13.250 per liter.
Fenomen kelangkaan BBM bersubsidi ini juga terjadi di kota-kota lain di Indonesia, sebelum dan sesudah pandemi.
Sebagian konsumen menduga ini adalah strategi massif pihak Pertamina untuk memangkas BBM bersubsidi, agar BBM non-subsidi laku.
“Kalau pemerintah memang mau hapus solar, hapus dari sekarang sudah. Biar Dexdlite itu rame,” kata Andre (41), supir double cabin rute Manokwari - Pegunungan Arfak, Minggu (19/6/2022) kemarin.
Tribun PapuaBarat.com mengkonfirmasi keluhan Andre ini, saat antre di sekitar SPBU Sowi, sekitar 15 km dari pusat Kota Manokwari.
Jarak Manokwari dan Pegunungan Arfak sekitar 40 km. Jalannya mendaki, berkelok dan belum semuanya beraspal.
“Kalo ke sana Kaka’, pake gigi 2 dan gigi 1 saja,” ujarnya.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papuabarat/foto/bank/originals/Solar-Kosong-Tiap-Sabtu.jpg)