Kisah Urian, Sepuluh Tahun Jadi Tukang Sol Sepatu di Pasar Sanggeng Manokwari
Kisah Urian, Sepuluh Tahun Jadi Tukang Sol Sepatu di Pasar Sanggeng Manokwari, Berikut Cerita Lengkapnya
Penulis: Elias Andi Ponganan | Editor: Jefri Susetio
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI – Suasana di pasar tradisional Sanggeng, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat ramai.
Sebagian pedagang sibuk melayani pembeli, ada juga yang menunggu kehadiran pembeli.
Di emperan bagian selatan bangunan pasar, berjejer tujuh orang tukang sol sepatu.
Urian, pria berdarah Sunda kelahiran Manokwari menjadi satu di antara tukang sol sepatu tersebut.
Baca juga: DPD Hanura Papua Barat Target Kursi di Kabupaten Bintuni dan Sorong, Berikut Penjelasannya
Baca juga: KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-991 Siap Bantu Layanan Kesehatan di Timur Indonesia
Tangannya lincah memasukan dan menarik benang menggunakan jarum khusus jahit sepatu. Profesi itu sudah ia lakoni selama sepuluh tahun.
“Saya sudah lama jadi tukang sol sepatu,” kata Urian saat ditemui di sela-sela kesibukannya, Senin (26/8/2022).
Sepatu yang sudah dijahit ia susun rapi di atas meja. Sesekali ia berhenti untuk meneguk air dari teko di samping bangkunya.
Upah menjahit satu pasang sepatu bervariasi, mulai dari Rp 35 ribu hingga Rp 50 ribu.
“Paling mahal itu macam sepatu polisi begitu. Ongkos jahit sepasang Rp 50 ribu,” ujarnya.
Sejak dulu, lokasi tempat sol sepatu di Pasar Sanggeng tak pernah berubah untuk memudahkan masyarakat yang membutuhkan jasa sol sepatu.
Setiap hari, tukang sol sepatu mulai bekerja pada pukul 09.00 WIT sampai pukul 17.30 WIT.
“Pekerjaan hari ini saya harus tuntaskan hari ini, demi menjaga kepercayaan pelanggan. Tapi tergantung, kadang mereka minta ambilnya besok,” ucap pria berusia 27 tahun itu.
Awal belajar menjahit sepatu, jarinya hampir tertusuk jarum. Lama-kelamaan sudah terbiasa dan hasil jahitannya semakin rapi.
Uang dari hasil menjahit sepatu ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, menabung dan tak lupa dikirim ke orangtuanya.
“Bapa dan ibu tinggal di SP 8. Sudah lama merantau ke sini, waktu transmigrasi di buka oleh pemerintah,” katanya.
Baca juga: Kisah Peserta Festival Persahabatan Pendeta Peter Youngren, Mendadak Berkurang Rasa Sakit
Baca juga: Festival Persahabatan Dr Peter Youngren Berakhir, Bupati Manokwari: Lanjutkan dalam Kebhinekaan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papuabarat/foto/bank/originals/Tukang-Sol-Sepatu-di-Sanggeng.jpg)