50 Persen Murid SD di Papua Barat tak Bisa Baca dan Tulis, PGGP Gelar Simposium Pendidikan

Data menyebuatkan 50 persen murid SD di Papua Barat tidak bisa membaca dan menulis. Bahkan, banyak mahasiswa belum lancar membaca dan menulis

Editor: Jefri Susetio
istimewa
BUTA AKSARA: Persekutuan Gereja-gereja Papua Barat (PGGP) Provinsi Papua Barat bersama Yayasan Terang Papua menggelar Simposium Pendidikan. Dalam Kegiatan Itu Mereka Mengulas Buta Aksara Masih Tinggi di Papua. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM- Persekutuan Gereja-gereja Papua Barat (PGGP) Provinsi Papua Barat bersama Yayasan Terang Papua menggelar Simposium Pendidikan di Aula PGGP Papua Barat, Sabtu (18/6/2022). 

Acara tersebut dihadiri 255 peserta terdiri dari perwakilan pendeta, rohaniawan, Forkopimda, pengurus bidang anak/pendidikan dari gereja-gereja, tokoh adat dan masyarakat. 

Staf Khusus Presiden, Billy Mambrasar sekaligus pemateri kegiatan mengatakan, pendidikan sangat penting untuk membangun peradaban masa depan Papua Barat. 

Baca juga: Isi Deklarasi Rakyat Papua Barat yang Dikirim Paulus Waterpauw ke Presiden Jokowi, tentang DOB

Baca juga: Bawa Materi di LAKMUD I IPPNU Papua Barat, Senator Rahaningmas: Semangat Luar Biasa

Apalagi diketahui bersama lebih dari 50 persen anak sekolah dasar (SD) di Papua Barat tidak bisa baca dan tulis. Bahkan, tidak sedikit remaja hingga mahasiswa di Papua belum fasih membaca dan menulis. 

“Kita harus mendidik anak Papua bukan sekadar Head-knowledge dan Hand-knowledge, tetapi juga Heart-knowledge,” ujar Billy.

Billy yang merupakan anak Papua pertama yang berhasil kuliah di Harvard University, menceritakan bagaimana proses pendidikan keluarga membentuknya.

“Tekad kuat dibangun dari pendidikan keluarga. Anak Papua harus punya integritas. Anak Papua kalau mengejar mimpi harus bekerja kuat-kuat, jangan setengah-setengah," katanya.

Acara simposium pendidikan ini mengangkat tema 'Membangun Kembali Tembok Peradaban Pendidikan di Tanah Papua'

Sedangkan, pemateri lainnya, Pdt. Hans Wanma, S.Th menjelaskan terkait filosif pendidikan menurut I.S.Kijne, yang disebut Bapak peradaban Papua. 

"Pagi berdoa, siang bekerja dan belajar, malam bernyanyi memuji Tuhan," ujarnya. 

Pemateri lainnya, Dr. Agus. I Sumule bilang peranan gereja dan lembaga pendidikan sangat penting dalam meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi bagi para siswa. 

"Mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) literasi harus ditingkatkan," katanya. 

Baca juga: Pj Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw Kirim Dokumen Deklarasi terkait DOB, Ini Isinya

Baca juga: Paulus Waterpauw hingga Tokoh Adat Papua Barat Sepakat Dukung DOB, Berikut Isi Butir Deklarasinya

Pengin Majukan Tanah Papua 

Ketua Umum PGGP Provinsi Papua Barat, Pdt. Shirley Parinussa, S. Th menyatakan, PGGP sebagai rumah besar bersama gereja-gereja, dengan semangat kemitraan, terus membangun hubungan yang saling melengkapi. Adapun tujuannya memajukan tanah Papua.

"Adapun tindak lanjut dari acara simposium ini adalah, gereja-gereja bergerak bersama memerangi buta aksara. Mulai menjalankan program literasi di sekolah minggunya," ujarnya. 

Ia menambahkan, gereja memberkati anak sekolah minggu maupun anak di lingkungan sekitar yang masih buta aksara. Jadi, pihak gereja akan mengajari mereka baca tulis, lewat paket literasi. 

"ATK dan sepatu yang diberikan secara gratis bagi gereja yang benar-benar mau berkomitmen," katanya. 

Acara ditutup dengan prosesi pemakaian sepatu dan doa oleh para hamba Tuhan pimpinan gereja, kepada 20 perwakilan anak dari rumah generasi dan komunitas makarismos.

(*) 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved