Kisah Oridek Suruan, Seniman Manokwari, Pengin Lestarikan Budaya Suku Biak

Kisah Oridek Suruan, Seniman Manokwari, Pengin Lestarikan Budaya Suku Biak sehingga anak muda bisa memperoleh manfaatnya

Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Jefri Susetio
Tribun PapuaBarat.com
BAHASA BIAK - Oridek Suruan, pendiri dan pemilik galeri Braur Ayena Art mengaku telah membuka kursus bahasa Biak, sejak setahun lalu. Namun, belum berjalan hingga sekarang, karena terkendala fasilitas yang kurang memadai. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI -TIDAK banyak pemuda yang mendedikasikan dirinya untuk budaya. Terlebih berkeinginan agar kebudayaan asli tidak dilupakan generasi muda.

Oridek Falen Suruan, satu di antara pemuda di Manokwari yang pengin berjuang untuk melestarikan budaya Biak Numfor.

Pria kelahiran Amberparem (Biak), 6 Oktober 1984 itu, serius menjadi penggiat budaya Biak dengan mendirikan sanggar seni budaya Braur Ayena Art.

Baca juga: Setahun Dibuka, Kursus Bahasa Biak Sanggar Braur Ayena Manokwari Tersendal, Berikut Masalahnya

Baca juga: Kafe The King, Tempat Ngopi Sambil Nikmati Pemandangan Kota Manokwari

"Sa (saya) lihat yang tahu budaya ini hanya orang tua. Sa takut kalau dong (mereka) su (sudah) tua, tidak ada yang meneruskan," kata Oridek saat ditemui TribunPapuaBarat.com, Selasa (2/8/2022).

Sanggar yang telah didirikan sejak 2011 itu, berlokasi di Pantai Inggandi, Pasir Putih, Distrik Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

Sanggar Braur Ayena Art dirintis Oridek, saat masih duduk di semester akhir di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari.

Pascawisuda pada 2012 dan bergelar sarjana hukum, ia lantas menghabiskan sepenuh waktunya di galeri Braur Ayena.

Di galeri seni itulah, Oridek, nama yang berarti matahari terbit dalam bahasa Biak, memahat sejarah lewat ragam ukiran khas Biak.

Selain itu, Oridek bersama rekan sanggar Braur Ayena, juga eksis menjadi relawan untuk mengajar bahasa, tarian Wor dan musik tradisional Biak.

Dia mengaku, sering dipanggil pihak sekolah di Manokwari untuk mengisi pelajaran muatan lokal tersebut.

Oleh sebab itu, Oridek dan pengurus Sanggar Braur Ayena, mendirikan kursus bahasa Biak. Dibuka untuk semua kalangan, tanpa dipungut biaya.

"Budaya Biak yang harus tong jaga itu ukirannya, tarian Wor, dan bahasa daerah Biak," ungkap.

Hasil Karya Oridek

Oridek telah belajar mengukir dan memahat sejak di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dia mengaku, belajar dari para seniman ukir Biak senior di Manokwari, seperti Elly Krey.

Karya pertama Oridek, berupa patung Karwar dan bantal kayu dengan ukiran Biak, terpajang di Anjungan Papua Barat Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Buah karya Oridek dalam bentuk replika burung cenderawasih, dibeli dan diboyong pengurus Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) tahun 2019, Grace Claudia P. Batubara.

Hal itu terjadi ketika isteri mantan Menteri Sosial Republik Indonesia tahun 2019, Juliari Peter Batubara itu, menghadiri peresmian gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Papua Barat.

Oridek menjelaskan, dalam setiap karya seni ukir dan pahatannya, mempertahankan ukiran khas Biak Numfor.

"Kalau tong di Biak Numfor dan Teluk Saereri, ada dua motif utama, yaitu ukiran naga dan elang," terang Oridek.

Ukiran dan pahatan khas Biak, dibuat Oridek dalam ragam ukuran.

Untuk ukuran kecil, dibanderol harga mulai Rp 15 ribu.

Sedangkan untuk ukuran besar dengan tingkat kerumitan yang tinggi, seperti replika rumah kaki seribu, harganya bisa mencapai Rp 1 juta hingga Rp 3 juta.

Dukungan Pemerintah

Oridek mengaku didukung oleh Pemerintah Daerah Manokwari dan Pemerintah Provinsi Papua Barat.

"Sa dapat bantuan peralatan dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UKM Kabupaten Manokwari," tutur dia.

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Papua Barat, sambung Oridek, sering mempercayai mengikuti pameran seni di luar daerah mewakili Papua Barat.

Seperti pameran seni di Kupang, Jambi, Makassar, dan Kalimantan.

"Senang dan bangga kalau ikut pameran seperti itu. Karena, kendala utama sekarang kan soal pasar, jadi kalau ada pameran, pasti satu atau dua bisa terjual," urai Oridek.

Baca juga: INILAH Politisi Australia yang Sempat Buat Heboh, Beri ASI saat Sidang Parlemen

Baca juga: Mengejutkan Timnas Australia Keok Lawan Mnyanmar, Laga Piala AFF U-16 2022

Menjadi Pegawai Honor

Selain tersendal pasar karya seninya, Oridek harus memikirkan kelangsungan Sanggar Braur Ayena.

Oleh sebab itu, kini Oridek menjadikan pekerjaan seniman sebagai sampingan.

Di waktu luangnya, barulah Oridek sibuk memainkan alat pahat dan ukir di galeri Braur Ayena.

Sembari giat melatih tarian Wor dan bahasa Biak bagi anak-anak di area Pasir Putih.

Dia telah berstatus pegawai honorer di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPB) Provinsi Papua Barat.

"Iya, sa sudah mulai kerja di sana (BPBD Provinsi Papua Barat) beberapa bulan yang lalu, untuk tambah-tambah penghasilan," tutup Oridek.

(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved