La Ode Dampi, 10 Tahun Jadi Sopir Angkot, 2 Anaknya Sebentar Lagi Sarjana
La Ode Dampi, 10 Tahun Jadi Sopir Angkot, 2 Anaknya Sebentar Lagi Sarjana, Berikut Kisah Perjuangannya
Penulis: Petrus Bolly Lamak | Editor: Jefri Susetio
TRIBUNPAPUABARAT.COM, SORONG- Di dalam angkot berwana kuning, seorang pria begitu gigih mencari nafkah untuk keluarganya.
Pria yang mengenakan baju berwarna abu-abu campur putih itu bernama La Ode Dampi.
Setiap hari dia berkeliling Kota Sorong untuk mencari penumpang. La Ode berprofesi sebagai sopir angkot di jalur B Kota Sorong.
Pria asal Buton itu sudah 10 tahun menjadi sopir angkot dengan trayek Pasar Sentral Remu-Kampung Baru Kota Sorong.
Baca juga: Cerita Pedagang Kue Manokwari tak Naikkan Harga Jualannya Meski Tepung, Telur dan BBM Naik
Baca juga: Kisah Ketua PSI Papua Barat Purwanto, Memilih Jalur Politik untuk Suarakan Jeritan Rakyat Tertindas
Ia harus menghabiskan waktu setengah jam untuk pergi pulang.
Meski di usianya yang ke-48, La Ode Dampi tetap setia menjadi sopir karena empat orang anaknya saat ini sedang bersekolah.
Anak pertamanya, kuliah di Jogjakarta dan sebentar lagi akan menyandang gelar sarjana.
"Empat anak-anak saya semuanya sekolah. Saya bersama istri ingin mereka jadi orang sukses meskipun ayahnya hanya seorang sopir angkot,” kata La Ode Dampi kepada TribunPapuaBarat.com Senin (5/9/2022).
Ia bilang, anak keduanya sedang menyusun skripsi di sebuah perguruan tinggi Gorontalo. Anak ketiga baru masuk kuliah di Kendari.
“Anak pertama tinggal mau wisuda, anak kedua susun skripsi. Kalau anak ketiga baru masuk semester tiga sedangkan si bungsunya kami baru SMA,” ungkapnya.
Mobil yang digunakan La Ode Dampi untuk mencari nafkah milik majikannya di Kilometer 10 Kota Sorong.
Setiap hari La Ode Dampi harus menyetor ke majikan Rp 150 ribu.
“Angkot ini milik orang Pak. Jadi saya setiap hari setor ke bos. Sisanya keperluan keluarga dan biaya pendidikan anak,” beber dia.
La Ode Dampi menuturkan, keuntungan setiap hari berkisar Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu.
Dari keuntungan itu, ia setor ke majikan, beli bensin, keperluan ekonomi kelurga. Dan sisanya ditabung untuk keperluan biaya pendidikan anak.