Berita Manokwari

Sosok Justinus Serang, Anak Papua di Balik Sukses Simulator Barapen, Raih Emas Sains Internasional

Putra asli daerah Bintuni dan Merauke itu adalah satu dari lima siswa Papua Barat yang berhasil memboyong medali emas dari World Science Environment

Dokumen Sarah Simanjuntak
Justinus Marcos Serang (ujung kiri) atau akrab disapa Senov, adalah siswa yang berperan di bagian permesinan dan prosedur simulasi barapen kompetisi sains internasional WSEEC (Jakarta, 18 Juli 2022) dan WICE di Malaysia, 26-30 September 2022. Ia bersama empat rekannya di tim Papua Barat berhasil membawa medali emas di kedua ajang bergengsi itu. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Di balik suksesnya permesinan dan prosedur simulator barapen atau tradisi bakar batu, yang dipamerkan di kancah internasional oleh peneliti muda Papua Barat, ada sosok Justinus Marcos Serang.

Putra asli daerah Bintuni dan Merauke itu adalah satu dari lima siswa Papua Barat yang berhasil memboyong medali emas dari World Science Environment and Engineering Competition (WSEEC), 18 Juli 2022 di kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta. 

Satu lagi, Justinus Marcos Serangmeraih medali emas kategori Applied Life Science dari World Invention Competition and Exibition (WICE) di Malaysia pada 26-30 September 2022.

Siswa kelas XII IPA SMA Katolik Villanova Manokwari itu, ternyata memiliki segudang prestasi sejak usia dini.

Pemuda kelahiran Jakarta, 10 November 2004, itu merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan suami istri, Alloysius Serang dan Els Tieneke Rieke Katmo.

Ayah Justinus Marcos Serang pernah bekerja sebagai Human Resources (HR) di LNG Tangguh milik British Petroleum (BP) di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. 

Baca juga: Profil Sarah Simanjuntak, Bawa Papua Barat Raih Emas di Sains Internasional, Angkat Tradisi Barapen

Remaja putra penyuka bola basket itu juga berprestasi di Australia.

Ia sempat berpindah-pindah sekolah semasa SD, mulai dari kelas satu di SD YPK Yoka Baru Jayapura, kelas 2 di Semarang, kelas tiga sampai lima di SD 02 Amban, Manokwari.

Sang ibu, dosen fakultas pertanian Universitas Papua, melanjutkan pendidikan doktor di Flinders University Adelaide, Australia.

Remaja yang akrab disapa Senov dan adik lelakinya, ikut diboyong sang ibu ke Australia.

Juara Kompetisi Robocop di Australia

Lelaki yang bercita-cita menjadi diplomat itu, lantas melanjutkan pendidikan di Bellevue Heights Primary School Australia, hingga lulus pada 2017.

Tak mudah baginya beradaptasi dengan lingkungan asing dan berbahas bahasa Inggris dengan para penutur asli.

"Sa (saya) ingat betul kata pertama bahasa Inggris, yang sa punya mama ajar ke sa itu borrow yang artinya pinjam. Cuma butuh waktu satu minggu sampai sa bisa lancar omong dengan teman-teman," ujarnya saat ditemui TribunPapuaBarat.com, Selasa (11/10/2022).

Seiring menikmati masa belajarnya di Australia, di tahun akhir sekolah dasar, Senov pun berkesempatan unjuk gigi di kompetisi Robocop di Adelaide.

Baca juga: Profil Kezia Busthan, Siswa Papua Barat Peraih Medali Emas Sains Internasional, Terinspirasi Habibie

Dalam timnya, remaja putra yang pernah terpikir menjadi prajurit TNI Angkatan Udara itu, berperan dalam merakit dan memasang sensor pada robot. 

Mengusung konsep dan desain robot penyelamat, mengantar tim Senov menjuarai kompetisi robocop tingkat negara bagian Australia Selatan. Sampai berlenggang di ajang kompetisi robokop setingkat provinsi di Melbourne, Australia.

"Tong (kita) desain robot yang bisa ikut jalur evakuasi, lalu di titik objek yang kita lingkari pakai aluminium foil, pantulan cahayanya terbaca di sensor, makanya robot bisa menyelamatkan korban yang terperangkap itu," urai Senov.

Sempat Ditolak di SMP Manokwari 

Sekembali dari Australia, Senov kesulitan mendaftar di SMP se-Manokwari.

Pihak sekolah yang ia coba daftar menolak dengan dalih ijazah luar negeri mesti disetarakan di Kedutaan Besar Australia di Jakarta.

Di tengah kebingunganya saat itu, Senov ditawari pastor misionaris Augustin (OSA) yang berasal dari Belanda, Pater Anton Bartolomeus Maria Tromp, OSA untuk bersekolah di SMP Katolik Villanova di Maripi, Manokwari.

"Saya bersyukur sekali. Makanya saat lulus SMP tahun 2020, saya lanjut lagi di SMA Katolik Villanova. Medali emas kompetisi sains internasional ini, sa anggap sa punya balas budi untuk sekolah," ujarnya.

Akan lulus SMA tahun depan, Senov sudah memiliki kampus impian, yakni di Geneva School of Diplomacy and International Relations, Swiss.

"Sa berasal dari keluarga fighter (pejuang). Sa pu (punya) mama selalu pesan 'always aim higher' (selalu punya impian tinggi), jadi itu yang sa ingat," kata Senov

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved