Berita Manokwari
Kisah Hamizah,Transmigran Asal Jateng Rintis Taufiq Tani, Jual Bibit Buah Berkualitas di Manokwari
Kisah Hamizah, Transmigran Asal Jateng Rintis Taufiq Tani, Jual Bibit Buah Berkualitas di Manokwari sempat bangkrut tapi kembali bangkit
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Program transmigrasi menjadi pilihan sebagian orang untuk menata kembali kehidupannya.
Termasuk yang dilakukan Hamizah, warga Kecamatan Kutoarjo, Jawa Tengah.
Tiga puluh sembilan tahun lalu, tepatnya pada 1983, Hamizah, memutuskan mengikuti program transmigrasi ke Manokwari, Irian Jaya.
Baca juga: Dasawisma Bougenvil Sowi Berhasil Manfaatkan Lahan Tidur jadi Kebun Sayur dan Tanaman Obat Herbal
Baca juga: Jual Hasil Kebun, Mama Apilena Mampu Biayai Kuliah Hingga Raih Gelar Sarjana Sosiologi
Setibanya di Satuan Pemukiman (SP) 3, Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari, Hamizah mulai mengembangkan bibit tanaman jeruk yang ia boyong dari Kutoarjo.
"Saya coba tanam di lahan seperempat hektare, eh ternyata hasilnya bagus. Jadi coba tambah di kebun satu hektare," katanya kepada TribunPapuaBarat.com di Prafi, Manokwari, Minggu (6/11/2022).
Buah yang besar dan manis, membuat jeruk Kutoarjo diminati masyarakat Manokwari dan dipasok ke berbagai daerah di Tanah Papua.
Alhasil, Hamizah kala itu sukses sehingga mampu mempekerjakan 10 orang dan membeli dua truk serta membangun rumah di SP 3.
Namun, kesuksesannya tak bertahan begitu lama sebab pada 1998, dirinya terpaksa menjual seluruh aset yang dimilikinya untuk pulang kembali ke kampung halaman.
Alasa dirinya menjual semua assetnya dan kembali ke kampung halamannya karena situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang kurang kondusif.
"Waktu itu kan mau pemekaran Papua Barat, jadi orang-orang pada incar rumah-rumah warga," jelas Hamizah.
Sesampainya di kampung halaman pada 2000, Hamizah bekerja serabutan, mulai dari buruh pabrik hingga jadi asisten rumah tangga (ART).
15 tahun kemudian tepatnya 2015 silam, Hamizah memutuskan kembali ke Manokwari Provinsi Papua Barat.
Dia bersama mendiang suaminya, Taufik, merintis usaha jual beli bibit buah-buahan di SP 4, Distrik Prafi, Manokwari.
Usahanya pun diberinama Taufiq Tani.
"Jadi awalnya itu seperti kita dapat 'proyek' bantu dinas pertanian atau swasta untuk pengadaan bibit untuk bagi-bagi ke warga. Nanti kita yang pesan di Jawa," tutur Hamizah.
Beragam bibit buah-buahan varietas unggul dari Jawa Tengah itu, di antaranya jeruk, rambutan, mangga, durian, kelengkeng dan lainnya.
Hamizah mengaku senang, ketika bibit buah-buahan yang didatangkannya, ternyata berhasil ditanam para petani lokal di SP 3 dan 4.
Menurutnya, menjadi petani buah adalah pekerjaan yang bisa mendatangkan keuntungan dalam jumlah besar.
Dia mencontohkan, ketika tidak musim buah matoa atau rambutan, tetapi petani buah masih memiliki sejumlah stok, maka harga jual buahnya bisa menyentuh Rp 50 ribu per kilogram.
Semuanya, ucap Hamizah, bisa dilakukan asal dibarengi kerja keras dan telaten merawat bibit buah-buahan.
Soal tekstur tanah dan cuaca di Manokwari, menurut Hamizah sudah mencukupi kebutuhan hidup bibit buah-buahan untuk menghasilkan produksi yang bagus dan melimpah.
Hamizah pun tak sungkan berbagi ilmu soal cara menanam dan merawat bibit buah-buahan kepada para pembelinya.
"Saya paling senang jelaskan kalau sama orang asli Papua," ujar Hamizah.
Kemampuan menanam dan merawat tanaman sudah dipupuk Hamizah sejak kecil.
Memiliki kebun buah adalah mimpi masa kecilnya yang kini terwujud.
(*)