Generasi Muda jadi Target Kelompok Ekstremis, Kepala BNPT: Gunakan Internet untuk Propaganda

Generasi Muda jadi Target Kelompok Ekstremis, Kepala BNPT: Gunakan Internet untuk Propaganda butuh komitmen semua pihak atasi persoalan ini

ISTIMEWA
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar dalam Aqaba Process - Southeast Asia High Level Tech Meeting Preventing Terrorist and Violent Extremist Exploitation of the Internet di Bali pada 22-23 November 2022. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Boy Rafli Amar mengungkapkan, generasi muda menjadi target kelompok ekstremis.

Kelompok ini menggunakan internet sebagai media untuk melakukan propaganda dan berusaha menyedot pendanaan.

Tak hanya itu, melalui internet, kelompok ekstremis melakukan rekrutmen, perencanaan hingga pendanaan tindak pidana terorisme.

"Bahkan mendorong pelibatan perempuan untuk melakukan aksi teror," kata Boy Rafli dalam Aqaba Process - Southeast Asia High Level Tech Meeting Preventing Terrorist and Violent Extremist Exploitation of the Internet di Bali pada 22-23 November 2022 lalu.

Baca juga: Soal Dugaan Dana Desa Mengalir ke KKB, Ketua BNPT: Pelaku Bisa Kena UU tentang Terorisme

Baca juga: Cegah Radikalisme, BNPT Usulkan Kurikulum Deradikalisasi di Sekolah

Untuk menangani hal itu, kata Boy Rafli, dibutuhkan komitmen bersama antara pemerintah, organisasi, entitas internasional dan perusahan teknologi.

Lanjut dia, pendekatan multidisiplin sangat penting diterapkan dengan menguatkan kemitraan.

"Tidak hanya antar negara namun juga dengan berbagai organisasi internasional dan perusahaan teknologi untuk mengatasi tantangan eksploitasi internet oleh kelompok teroris dan ekstremis kekerasan," ujarnya dalam keterangan yang diterima Minggu (27/11/2022).

Permasalahan penyalahgunaan internet yang dilakukan oleh kelompok ekstremis ini disampaikan Boy Rafli di hadapan 16 negara yang hadir dalam forum tingkat tinggi Asia Tenggara.

Adapun negara-negara yang hadir ialah, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Kamboja, Filipina, Perancis, AS, Inggris, Yordania, Australia, Jepang, India, Kenya, Selandia Baru, Belanda.

Tahun ini, Aqaba Process - Southeast Asia High Level Tech Meeting Preventing Terrorist and Violent Extremist Exploitation of the Internet diselenggarakan bersama oleh Pemerintah Indonesia dan Australia dan didukung oleh Kerajaan Hasyimiyah Jordania.

Pada akhir pertemuan ini pemerintah, organisasi internasional dan perusahaan teknologi sepakat untuk memperkuat kerja sama penanggulangan terorisme dan esktremisme kekerasan khususnya antara negara-negara Kawasan Asia Tenggara dalam mempromosikan penggunaan crisis/incident response protocol saat terjadi penyalahgunaan internet untuk tujuan terorisme dan ekstremisme kekerasan.

Selain dihadiri perwakilan negara-negara sahabat, pertemuan ini juga diikuti oleh perusahaan teknologi seperti Microsoft, Meta, Tik Tok, YouTube, dan Google.

Aqaba Process merupakan sebuah inisiatif yang dibuat oleh King Abdullah II dari Kerajaan Yordania pada tahun 2015 untuk meningkatkan koordinasi dan kerja sama di bidang keamanan dan militer, serta merupakan wadah saling bertukar keahlian dan informasi di antara pemangku kepentingan di tingkat global dan regional untuk menanggulangi terorisme dan ekstremisme kekerasan dengan pendekatan holistik.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kepala BNPT: Kelompok Ekstremis Kerap Menyalahgunakan Internet untuk Propaganda hingga Pendanaan

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved