Pemprov Papua Barat
Ali Baham Temongmer Resmikan Monumen Pekabaran Injil Suku Meyah-Arfak: Semoga Beri Kemajuan Baru
Ia berharap akan monumen itu memberikan dampak sosial ekonomi bagi Suku Meyah-Arfak.
Penulis: R Julaini | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Pj Gubernur Papua Barat, Ali Baham Temongmere meresmikan monumen Pekabaran Injil baru Suku Meyah-Arfak di Pantai Petrus Kafiar Amban, Minggu (11/2/2024) petang.
Ali Baham Temongmere dalam sambutannya mengatakan, Injil sebagai kabar berita tentang keselamatan bagi umat manusia itu datang bagi orang-orang Papua pada 5 Februari 1855 silam melalui Teluk Doreri di Papua Barat, tepatnya Mansinam.
Injil itu kemudian berkembang di arah Timur juga Barat di tanah Papua.
Baca juga: Dominggus Mandacan Apresiasi Semangat Kedermawanan di HUT ke-169 Pekabaran Injil di Tanah Papua
Baca juga: Momen HUT ke-169 Pekabaran Injil, Ini Pesan Khusus Bupati Fakfak untuk Umat Kristiani
Setelah itu, 42 tahun kemudian tepatnya 11 Februari 1897 Pekabaran Injil diterima Suku Meyah-Arfak di Pantai Amban yang ditaburkan oleh Petrus Kaviar di tanah Arfak.
"Sebagai tanda peringatan itu, telah dibangun sebuah tugu peringatan Injil Tuhan yakni Guru Injil Petrus Kaviar atau yang memiliki nama asli Noseni," kata Ali Baham Temongmere.
Peresmian monumen Pekabaran Injil bagi Suku Meyah-Arfak itu memasuki masa 127 tahun.
Ia berharap akan monumen itu memberikan dampak sosial ekonomi bagi Suku Meyah-Arfak.
Serta memberi kemajuan baru yang nantinya akan menjadi berkat dalam dunia pendidikan, politik dan pemerintahan.
Injil yang dikabarkan Guru Petrus Kaviar dinilai telah merubah tatanan masyarakat terutama anak-anak Suku Meyah-Arfak dengan pola hidup penuh semangat yang cinta damai.
"Sudah sepatutnya kita memberikan apresiasi yang bekerja keras menyelesaikan monumen yang diharapkan memberikan perubahan besar bagi Suku Meyah-Arfak sekaligus menumbuhkan iman percaya kepada kekuasaan pencipta," tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Suku Besar Arfak turunan Barents Mandacan, Nataniel Mandacan menyampaikan keterlambatan Injil masuk ke Suku Meyah-Arfak itu lantaran alam daerah tersebut masih ganas termasuk orang-orangnya.
"Hidupnya, hatinya keras. Tidak mau menerima satu dengan yang lain, saling bermusuhan, berkelahi jika ada masalah. Sehingga tidak cepat menerima Injil meskipun Mansinam tidak jauh dari sini," ungkap Nataniel Mandacan.
Namun akhirnya Injil diterima masyarakat Suku Meyah-Arfak sampai hari ini.
Lewat Injil itu pula, ia memastikan Manokwari bisa dibangun.
"Injil itu kekuatan Allah yang bisa meluluhkan hati yang keras dan kita bisa menerima Injil," tambahnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.