Kisah 4 Perempuan di Kampung Rawasugih Sorong, Jadi Guru untuk Sekolah di Tengah Hutan

Mereka adalah guru-guru di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Rawasugih yang terletak di tengah hutan, jauh dari keramaian.

Istimewa via Tribunsorong.com
Foto guru dan murid SD Muhammadiyah Rawasugih di Kampung Rawasugih, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, Selasa (28/1/2025). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM - Kisah inspiratif datang dari empat perempuan yang menjadi guru di Kampung Rawasugih, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, Selasa (28/1/2025).

Mereka adalah guru-guru di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Rawasugih yang terletak di tengah hutan, jauh dari keramaian.

Bahkan, SD Muhammadiyah Rawasugih memiliki 14 murid saja, dari kelas 1 hingga kelas 6.

Dua di antara guru di sekolah itu adalah Suharnawati dan Novi Kusmirah.

"Guru di sini hanya ada empat, termasuk saya sebagai kepala sekolah," kata Suharnawati pada Senin (27/1/2025).

Kondisi sekolah yang terbatas, ucapnya, tidak mematahkan semangatnya dan tiga guru lain untuk mengajar.

Baca juga: Guru-guru SD Tugurama Teluk Bintuni Jarang ke Sekolah, Warga: Kami Dirugikan

 

Ia mengatakan tahun ajaran yang sedang berjalan, tidak ada murid kelas 1. 

Itu karena tak ada murid yang mendaftar masuk SD Muhammadiyah Rawasugih.

Jumlah murid terbanyak ada di kelas 5, yakni 5 orang, disusul kelas 2 yang memiliki 4 murid.

Murid paling sedikit ada di kelas 4, hanya 1 orang.

Kelas 3 dan kelas 6 sama-sama memiliki 2 murid.

Menurut Suharnawati, guru-guru tetap bekerja maksimal untuk belasan murid di sekolah itu.

"Tingkat literasi dan minat baca siswa-siswi SD Muhammadiyah Rawasugih sangat tinggi," ujar Suharnawati.

Saat istirahat, ucapnya, siswa-siswa memilih untuk membaca.

Baca juga: Kalahkan 300 Ribu Peserta, Guru SD Inpres Weri Fakfak Jadi Duta Teknologi Kemendasmen RI 2024

Sang kepala sekolah mengatakan SD Muhammadiyah Rawasugih didirikan pada 2024.

"Sekolah ini didirikan atas bantuan hibah tanah dari warga kampung," kata Suharnawati.

Selain Suharnawati, Novi Kusmirah Satu ikut berperan penting dalam pengembangan sekolah ini.

Anggota Persit Kartika Chandra Kirana Korem 182/Jazira Onim, Kodam XVIII Kasuari, itu ikut mengajar di SD Muhammadiyah Rawasugih.

Berbekal satu keyakinan, ia mengaku tulus mengajar di sekolah yang ada di tengah hutan itu.

"Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah masa depan," kata Novi Kusmirah

Ia berharap SD Muhammadiyah Rawasugih terus berkembang dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.


Artikel ini telah tayang di Tribunsorong.com dengan judul Kisah 4 Guru Wanita di Papua Barat Daya, Mengajar di Sekolah Pedalaman Hanya 14 Siswa

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved