Berita Papua Barat
SPI Papua Barat Sarankan Strategi Program MBG Harus Berubah: Ajak Serta Petani Lokal
Septi Meidodga, meyakini kebijakan program MBG bisa tepat sasaran dan tidak salah dalam mewujudkan makan gratis kepada siswa.
Penulis: R Julaini | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Ketua SPI Papua Barat memandang program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan sebuah keuntungan lokal.
Dimana, ia berharap berjalannya program MBG dapat mengikut sertakan petani muda dalam penyiapan bahan makanannya.
"Seharusnya pemerintah hanya memfasilitasi. Sedangkan soal hasil pangan dan bahan konsumsi untuk makan siang gratis, itu harus diambil dari komoditas milik petani lokalnya," jelas Septi Meidodga, Selasa (4/3/2025).
Baca juga: Hendak Unjuk Rasa Tolak MBG, 16 Siswa SMA Ditahan Polisi di Kota Jayapura Papua
Baca juga: Jadi Ketua SPI Papua Barat, Septi Meidodga: Siap Berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah
Dengan begitu, Septi Meidodga, meyakini kebijakan program MBG bisa tepat sasaran dan tidak salah dalam mewujudkan makan gratis kepada siswa.
SPI disebutnya juga memandang program MBG dapat dijalankan dengan mudah.
Bahkan ia meyakini, masyarakat lokal juga dapat menyediakannya.
"Misalnya telur. Banyak pengusaha lokal ayam petelur yang ada di wilayah SP atau ada di wilayah Manokwari. Jadi telurnya bisa diambil dari mereka dan tidak perlu didatangkan dari luar," tegasnya.
Hal serupa juga berlaku bagi komoditas pertanian jenis sayuran. Kata Septi Meidodga, petani sayur ada di Papua Barat khususnya di Kabupaten Pegunungan Arfak.
Di daerah itu, banyak sayur berkualitas bagus seperti kol, wortel, hingga umbi-umbian.
"Di wilayah SP di Manokwari juga petani sayur banyak. Misalnya di Kampung Kerney, Kampung Kali Merah. Disana ada kangkung, bayam. Mau jenis kecil atau besar juga ada," sebutnya.
Papua Barat, lanjut Septi Meidodga, tidak sulit untuk melakukan suplai dalam mendukung program MBG.
"Bahkan mie pun kita punya banyak stok. Masyarakat lokal bahkan juga bisa buat," katanya menekankan.
Baginya, program MBG dapat berjalan bergantung pada strategi dan realisasi ke lapangan yang harusnya berubah.
"Kalau kami melihat strategi dan realisasi ke lapangan harusnya berubah. Supaya mengajak serta petani lokal," pungkasnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.