Filep Wamafma Soroti Angka Pengangguran Sarjana Capai 300 Ribu: Masih Bergantung Rekrutmen PNS

Sekarang, kualitas perguruan tinggi tidak lagi diukur dari berapa banyak lulusannya, tetapi dari seberapa banyak lulusan yang terserap di dunia kerja

TribunPapuaBarat.com//Kresensia Kurniawati Mala Pasa
Ketua STIH Manokwari Filep Wamafma 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari Filep Wamafma menyoroti tingginya angka pengangguran di kalangan sarjana.

Berdasarkan data Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) pengangguran di kalangan sarjana capai 300 ribu.

Menurut Filep, kondisi ini menunjukkan keterbatasan lapangan pekerjaan, terutama bagi lulusan perguruan tinggi yang masih bergantung pada rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (PNS). 

Baca juga: BPS Catat Jumlah Pengangguran di Fakfak Papua Barat Capai 2.658, Didominasi Lulusan SMA

Baca juga: Soal Pengangguran di Fakfak Papua Barat, Mohamad Heremba Punya Solusinya

"Kalau sarjana menganggur, berarti tidak ada lapangan pekerjaan. Kalau tidak ada lapangan pekerjaan, berarti perguruan tinggi setiap tahun wisuda tetapi belum menciptakan peluang kerja. Oleh karena itu sebagai pimpinan perguruan tinggi, kami memandang perlu untuk mengevaluasi lulusan dan mengkaji peran STIH Manokwari ke depan," kata Filep Wamafma, Minggu (23/3/2025). 

Salah satu langkah strategis yang akan diambil STIH Manokwari adalah memperluas cakupan program studi. 

Saat ini, STIH hanya memiliki program studi hukum, namun ke depan, pihaknya berencana menambah program studi baru agar lulusannya lebih siap kerja.  

"Kami ingin mengubah STIH dari sekolah tinggi ilmu hukum yang hanya fokus pada satu program pendidikan menjadi perguruan tinggi yang lebih luas cakupannya. Salah satu prodi unggulan yang akan kami kembangkan adalah Manajemen Teknologi, yang akan berkolaborasi dengan berbagai sektor industri, termasuk seni dan bidang lainnya," jelasnya.  

Lebih lanjut, Filep menegaskan bahwa visi transformasi ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Otonomi Khusus (UU Otsus), terutama dalam pengembangan pendidikan vokasi yang memberikan afirmasi bagi tenaga kerja di Papua. 

Dengan adanya program Manajemen Teknologi, lulusan nantinya dapat mandiri dengan membentuk usaha sendiri atau direkrut oleh perusahaan yang membutuhkan tenaga mereka.  

"Kita tidak bisa lagi terus menunggu penerimaan PNS. Karena itu, kami berkomitmen untuk segera melakukan perubahan. Jika semua persiapan berjalan lancar, dalam waktu dekat kami akan bertransformasi menjadi Institut Hukum dan Pembangunan Manusia Papua," ungkapnya.  

Transformasi ini diharapkan dapat menjadikan STIH Manokwari sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya meluluskan mahasiswa, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan.  

"Sekarang, kualitas perguruan tinggi tidak lagi diukur dari berapa banyak lulusannya, tetapi dari seberapa banyak lulusan yang terserap di dunia kerja," pungkas Filep Wamafma.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved