Perjuangan Berliku Yufentus Temorubun untuk Raih Sarjana dari UNIPA

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

GELAR SARJANA - Perjalanan panjang dan berliku ditempuh Yufentus Temorubun, mahasiswa Universitas Papua yang akhirnya meraih gelar sarjana pada 13 Agustus 2025.

TRIBUNPAPUABARAT.COM,MANOKWARI – Perjalanan panjang dan berliku ditempuh Yufentus Temorubun, mahasiswa Universitas Papua yang akhirnya meraih gelar sarjana.

Tujuh tahun kuliah di Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi UNIPA, ia pun diwisuda pada 13 Agustus 2025.

Meski waktu yang ia tempuh lebih panjang dibanding mahasiswa lain, Yufentus Temorubun menyelesaikan studinya dengan predikat sangat baik, IPK 3,07.

IPK itu memang turun dibandingkan IPK 3,50 yang ia raih pada semester pertama. 

Ia harus berjuang untuk membiayai sendiri hidup dan kuliahnya di Manokwari, Papua Barat.

Faktor itu pula yang berdampak pada keterlambatan menyelesaikan kuliahnya. 

Baca juga: UNIPA Wisuda 422 Mahasiswa Periode III Tahun Akademik 2024/2025, 62 Lulus Cumlaude

 

“Mama saya sudah meninggal. Bapa nikah lagi,” ucap Yufentus Temorubun di Amban, Manokwari, Papua Barat, Rabu (13/8/2025).

Untuk membayar SPP dan memenuhi kebutuhan hidup, ia bekerja serabutan  dari dosen, senior, dan orang-orang terdekat. 

Di sela kesibukan akademik, ia juga aktif mengikuti berbagai seminar dan kegiatan organisasi yang menjadi warna pada proses pendidikannya.

Yufentus menyelesaikan pendidikan SD, SMP, dan SMA di Nabire. 

Lulus dari SMA Adhi Luhur Nabire pada 2017, ia sebenarnya diterima di Universitas Papua lewat jalur kerja sama (Sesama).

Karena tak memiliki biaya untuk kuliah dan tinggal di kos, ia memutuskan untuk bekerja di sebuah perusahaan suvenir.

“Tahun 2017 saya belum lanjut kuliah. Saya butuh tempat tinggal, makan, biaya kuliah, dan kebutuhan lain. Maka saya putuskan bekerja dulu,” katanya.

Baca juga: Wisuda Tahun Akademik 2024-2025, UNIPA Luluskan 428 Mahasiswa 

Kerinduan untuk belajar terus membayangi. Pada 2018, dengan tekad kuat, Yufentus Temorubun kembali mendaftar kuliah lewat jalur lokal di Universitas Papua dan diterima. 

Bahkan untuk membayar uang registrasi, ia dibantu oleh orang tua temannya. 

Ia pun tinggal bersama temannya di kos.

Nasib baik membawanya pada kehidupan baru di Asrama Mahasiswa Katolik Villanova, Keuskupan Manokwari-Sorong.

Ia diajak tinggal di sana oleh umat Gereja Katolik Aquinas Amban yang menjadi senior asrama.

“Saya belum pernah tinggal di asrama, tapi karena latar belakang sekolah saya Katolik, saya merasa cocok,” ujar Yufentus Temorubun.

Tinggal di asrama menjadi titik balik besar. Dari sana, ia belajar banyak tentang kepemimpinan, kebersamaan, dan tanggung jawab. 

“Melalui Ordik (Orientasi Didikan), mental kami dibentuk, diajarkan kebersamaan, kekeluargaan, dan kepemimpinan,” ujarnya.

Semangat itu ia bawa ke kampus. 

Baca juga: Kisah Albertus Kambia, Pemuda Teluk Bintuni yang Menabrak Hujan Hingga Raih Mimpi ke Singapura

Yuventus aktif di organisasi internal kampus seperti Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF), serta eksternal seperti PMKRI, Duta Damai Papua Barat, dan Pemuda Lintas Agama.

Ia bahkan ikut dalam survei sensus penduduk dan geotek pertanian sebagai bentuk kontribusinya pada masyarakat.

Ia juga sempat bergabung dengan Relawan Demokrasi yang dibentuk oleh KPU Kabupaten Manokwari.

Beberapa kali, Yufentus terlibat dalam kegiatan survei dari BPS Manokwari dan lembaga-lembaga survei lain.

Yufentus mengakui, keterlibatannya di organisasi menjadi salah satu penyebab lamanya masa studi di Universitas Papua.

Namun, ia tidak menyesal. Justru lewat organisasi, ia mendapat wawasan yang tidak diajarkan di dalam kelas. 

“Berbicara di depan umum, berpikir kritis, keberanian itu saya dapat di organisasi,” kata Yufentus Temorubun.

Tak hanya itu, organisasi membawanya 'terbang' untuk pertama kali dalam hidup.

“Saya belum pernah naik pesawat. Setelah ikut organisasi, saya bisa ke Jakarta ikut Kongres Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi (ISME) Indonesia dua kali. Itu pengalaman baru dalam hidup saya,” ujarnya.

Setelah meraih gelar sarjana di tangan, Yufentus Temorubun tak lupa dari mana ia berasal.

Ia mengaku perjuangan dan tantangan hidup telah membentuknya menjadi pribadi tangguh.

 “Jangan mudah putus asa. Masih banyak orang yang hidupnya lebih parah dari kita, tapi mereka bisa karena niat dan kerja keras,” kata Yufentus Temorubun.