Kisah Bripka Septinus Arui, Polisi yang Pernah Jadi Guru di Pedalaman Tambrauw
Kisah Bripka Septinus Arui, Polisi yang Pernah Jadi Guru di Pedalaman Tambrauw, terlebih dahulu mengikuti pelatihan menjadi guru
Penulis: R Julaini | Editor: Libertus Manik Allo
Sekolah itu, sambung dia, memiliki jumlah murid sebanyak 30 orang sedangkan gurunya hanya satu orang.
Tak hanya keterbatasan jumlah tenaga pengajar, guru tersebut tinggalnya di Manokwari.
Sehingga, aktivitas sekolah bisa berjalan apabila ada ujian sekolah.
“Pak kabid tanya ke saya bisa mengajar ? Saya jawab bisa pak,” ucapnya.
Sebelum mengajar, terlebih dahulu Bripka Septinus mengikuti pelatihan menjadi guru serta pengelolaan data pokok pendidikan (Dapodik) di Kota Sorong.
Dalam benaknya, niat menjadi guru hanyalah semata-mata untuk menyelamatkan nasib generasi muda Papua di Kampung Wasnembri.
Usai mengikuti pelatihan, tahun 2015 ia mulai mengajar dengan segala keterbatasan sarana prasarana.
Puluhan siswa kemudian dikumpulkan dalam satu ruangan agar bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Satu per satu siswa dilatih agar bisa membaca, menulis dan berhitung.
“Karena banyak siswa belum bisa baca. Buku juga kurang, jadi saya gabung mereka dalam satu kelas,” tutur Bripka Septinus.
Hari-hari berlalu, SD 102 Wasnembri kembali beroperasi meski hanya memiliki guru dua orang termasuk dirinya.
Sembari mengajar, Bripka Septinus tetap melaksanakan tugasnya sebagai Bhabinkamtibmas.
Sejumlah siswa kelas 6 akhirnya berhasil menamatkan pendidikan dasar mereka.
Melihat ketulusan hati Bripka Septinus, Dinas Pendidikan Tambrauw mempercayakannya untuk mengelola dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Namun ia menyadari bahwa dirinya adalah seorang polisi.