Berita Manokwari

Kisah Suhartati, Pernah Disel 21 Hari demi 53 Anak Panti Asuhan Semi Metta Bahagia Bisa Makan

Kisah Suhartati, Pernah Disel 21 Hari demi 53 Anak Panti Asuhan Semi Metta Bahagia Bisa Makan, terpaksa jagung jadi selingan makanan anak panti

Kresensia Kurniawati Mala Pasa/Tribunpapuabarat.com
PANTI ASUHAN - Potret anak bersama pengasuh Panti Asuhan Semi Metta Bahagia, SP 5 Distrik Masni, Manokwari, Papua Barat, Minggu (13/11/2022) siang. Panti Asuhan Semi Metta Bahagia berhasil keluar dari masa paceklik pandemi covid-19 dengan usaha mandiri dan aliran donatur yang sudah lancar. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Suhartati (65), pengelola Panti Asuhan Semi Metta Bahagia SP 5 Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, Papua Barat menceritkan kisah hidupnya yang harus mendekan di balik jeruji selama 21 hari.

Kejadian yang tak bisa ia lupakan itu bermula ketika, dunia dilanda pandemi Covid-19 dua tahun yang lalu.

Saat itu, Panti Asuhan Semi Metta Bahagia yang ia kelola itu sudah tak sanggup lagi memberikan makan anak-anak panti tersebut.

Baca juga: KAHMI dan HMI di Manokwari Gelar Bakti Sosial di Panti Asuhan: Untuk Hidupkan Semangat Mereka

Baca juga: Saling Berbagi, Pemuda Millennial Yapen Serahkan Sembako Ke Panti Asuhan

Saat itu, penghuni Panti Asuhan Semi Metta Bahagia berjumlah 53 orang.

Usai mereka beragam, mulai dari 1-24 tahun.

Untuk mensiasati kekurangan bahan makanan saat itu, Suhartati terpaksa menggantikan beras dengan jagung.

"Aduh tahun itu (pandemi Covid-19) sulit betul, bisa makan saja sudah bersyukur. Saya sering selip dengan jagung," ucap Suhartati dengan mata berkaca-kaca, kepada TribunPapuaBarat.com di Manokwari, Minggu (13/11/2022).

Kekurangan bahan makanan diperburuk dengan aliran donasi dari donatur tersendat karena adanya pembatasan sosial.

Meskipun demikian, Suhartati merasa bersyukur sebab Romo Wihara di Manokwari yang mendirikan Yayasan Semi Metta Bahagia pada 1998 lalu, tidak pernah absen menyalurkan bantuan material dan finansial.

"Beras berkarung-karung pasti selalu dititipkan untuk makan anak-anak," ungkapnya.

"Dalam sehari, 18 kg beras habis untuk memberi makan anak-anak panti yang berusia dari satu sampai 24 tahun," sambungnya.

Untuk memenuhi kebutuhan protein anak-anak panti, yang sebagian besar masih dalam masa pertumbuhan, Suhartati menyiasati dengan beternak ayam dan membuat ikan asin.

Namun, semua itu tak cukup sehingga dirinya rela berutang untuk modal membuka kios kelontong.

Tetapi, perputaran modal dan keuntungannya yang lambat, sedangkan persediaan beras, minyak goreng dan kebutuhan pokok lainnya di dapur umum panti semakin terkuras.

Suhartati pun mengubur perasaan malunya untuk meminta sumbangan dari rumah ke rumah di sekitar Panti Asuhan Semi Metta Bahagia.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved