Warga di Papua Pasang Ogoh-ogoh Setinggi 4 Meter Sambut Hari Nyepi

Bentuk ogoh-ogoh tersebut berupa boneka raksasa yang diarak keliling desa pada saat menjelang malam sebelum Hari Raya Nyepi

TRIBUNPAPUABARAT.COM/PETRUS BOLLY LAMAK
HARI NYEPI - Menyambut Hari Raya Nyepi tahun baru saka 1945, manajemen Vega hotel Sorong, Papua Barat Daya, memasang ogoh-ogoh (patung raksasa) di pintu masuk hotel, Selasa (21/03/2023). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, SORONG - Menyambut Hari Suci Nyepi tahun baru saka 1945, manajemen Vega Hotel, Kota Sorong, Papua Barat Daya, memasang ogoh-ogoh (patung raksasa) di pintu masuk hotel.

Patung setinggi empat meter itu dicat warna coklat dan dibalut kain daerah Bali.

Bagian kaki ogoh-ogoh terdapat gambar ikan.

Bagian kepala patung terdapat ornamen yang melambangkan api.

"Kepercayaan etnis Bali, ogoh-ogoh ini datang dari laut ke bumi sehingga ada gambar ikan," kata karyawan Vega Hotel, Nyoman Sunia, kepada TribunPapuaBarat.com, Selasa (21/3/2023).

Baca juga: Lima Ritual Keagamaan yang Dilaksanakan Umat Hindu Sebelum dan Setelah Hari Raya Nyepi

 

Ia berujar ogoh-ogoh merupakan wujud kreativitas masyarakat Bali untuk menyambut Hari Nyepi.

Hal ini merupakan sebuah ekspresi budaya. Ogoh-ogoh ini ada gambaran dari tokoh Hindu, yaitu Bhuta Kala.

Bentuk ogoh-ogoh tersebut berupa boneka raksasa yang diarak keliling desa pada saat menjelang malam sebelum Hari Raya Nyepi yang diiringi dengan gamelan Bali. 

Ogoh-ogoh berfungsi sebagai representasi Bhuta Kala yang dibuat menjelang Hari Raya Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pengrupukan atau sehari sebelum Hari Raya Nyepi

"Proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat," kata Nyoman Sunia.

Lanjutnya, kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). 

Baca juga: Jadwal Kapal Pelni Rute Jayapura-Sorong Mulai Sabtu, 25 Maret 2023: Ada KM Dobonsolo hingga Labobar

Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. 

"Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia," kata Nyoman Sunia.

Sejarah ogoh-ogoh

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved