Berita Papua Barat
Perluas Kampung Organik, DLHP Papua Barat Latih Warga Kampung Asai dan Amosro Bikin Pupuk Organik
suatu kawasan dikatakan kampung organik ketika masyarakat secara terorganisir memilah dan mengolah sampah organik
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Provinsi Papua Barat melatih
puluhan warga Kampung Asai/Amosro, Distrik (Kecamatan) Manokwari Utara, Kabupaten Manokwari, cara bikin pupuk cair organik dan kompos, Jumat (16/6/2023).
Kepala DLHP Papua Barat Reymond Yap, mengungkapkan, Kampung Asai dan Kampung Amosro akan dibina menjadi kampung organik.
Baca juga: Hari Lingkungan Hidup Sedunia, DLHP Papua Barat Ajak Aktualisasikan Solusi Polusi Plastik
Baca juga: DLHP Papua Barat Gandeng Pelajar Semarakkan Hari Lingkungan Hidup
Reymond Yap berharap, kampung organik yang telah digiatkan DLHP Papua Barat sejak 2018, menjadi program tungkus dan lumus mengurangi timbulan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).
"Perlu peran aktif masyarakat mengurangi, mengolah dan memanfaatkan sampah menjadi sumber daya," kata Reymond Yap dalam sambutan yang dibacakan Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan Peningkatan Sampah DLHP Papua Barat, Grace Dharmawati Timang.
Ia menjelaskan, suatu kawasan dikatakan kampung organik ketika masyarakat secara terorganisir memilah dan mengolah sampah organik dan non-organik secara berkelanjutan.
Hasil pengolahan sampah tersebut, dimanfaatkan menjadi suatu kawasan hijau dan meningkatkan ketahanan pangan keluarga secara berkelanjutan.
Atau secara sederhana, kata Reymond Yap, kampung organik berkelindan dengan sistem pertanian organik.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan Peningkatan Sampah DLHP Papua Barat Grace Dharmawati Timang, menambahkan, kampung organik membuat pergeseran pola konsumsi warga.
"Membiasakan masyarakat konsumsi sayur dan buah-buahan organik yang lebih sehat," ujar Grace Dharmawati Timang.
Ia menyebut, kampung organik juga mempraktikkan ekonomi sirkular.
Sampah organik seperti sisa makanan, sayur, buah-buahan dan rumput bisa diolah menjadi pupuk organik cair dan kompos.
Selain digunakan untuk menyuburkan lahan sendiri, kata dia, warga juga dapat menjualnya kembali ke pasaran.
Menurut dia, dari segi keunggulan, pertanian organik menghasilkan sayur dan buah lebih banyak dengan mutu tinggi.
"Ini yang dimaksud dengan sampah bernilai ekonomi," ungkap Grace Dharmawati Timang.
Ia mengatakan, pada tahun ini, DLHP Papua Barat memfasilitasi dua kampung organik dan dua kebun percobaan di Kabupaten Manokwari.
Dua bulan lalu, ucapnya, demonstrasi kampung organik telah dilakukan di Kampung Mansinam.
Pemilihan kampung organik didasarkan pada kondisi tanahnya yang subur dan mayoritas warga orang asli Papua (OAP), yang menyandarkan kehidupannya pada sektor pertanian dan perkebunan rakyat.
"Kami siapkan bibit, alat kerja untuk bercocok tanam, masyarakat cukup siapkah lahan. Kita latih cara pembuatan pupuk organik dan rajin monitor perkembangannya,” terang dia.
Sementara itu, Sekretaris Kampung Asai, Kalep Manggaprouw (52), mengakui, dari 310 jumlah jiwa, sebagian besar berprofesi sebagai petani.
Ia berharap, melalui implementasi pertanian organik, bisa mengerek pendapatan warga, karena jumlah dan kualitas hasilnya diserap pasar.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.