TribunPapuaBarat Tong Satu Tong Bisa
Anak Stunting di Papua Barat Capai 2.659, Jacob Fonataba: OPD Perlu Lakukan Program Anak Asuh
Jacob Fonataba menyebut pemberian bantuan diberikan kepada orangtua tetapi langsung ke kader Posyandu.
Penulis: R Julaini | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Papua Barat, Jacob Fonataba mengungkapkan, ada 2.659 anak dari 500 ribu jiwa penduduk Papua Barat yang mengalami stunting.
Untuk menurunkan angka itu, dibutuhkan kolaborasi semua pihak dari pemerintah hingga swasta, dari kabupaten hingga ke kelurahan dan kampung.
Termasuk melibatkan aparat keamanan hingga mahasiswa.
Baca juga: Berikut Data Prevalensi Stunting di Papua Barat Periode 2020 Hingga 2022
Baca juga: Pemkab Manokwari Intervensi 165 Anak Stunting, Sekda Henri Sembiring: Langsung Suap
"Karena penanganannya tidak sembarangan apalagi kalau menargetkan apa yang sudah diinstruksikan Presiden," katanya pada saat talkshow "Percepatan Penurunan Stunting dan Pengentasan Kemiskinan Ekstrem" dalam rangka HUT ke-1 TribunPapuaBarat.com di Manokwari City Mall, Jumat (30/6/2023).
Jacob memastikan, satgas penurunan Stunting di Papua Barat sudah melakukan pencatatan sasaran dengan mengurutkan berdasarkan nama dan alamat anak penderita stunting.
Hal itu, agar sasaran penurunan stunting sesuai dengan jumlah yang sudah ada yakni 2.659 anak.
Lanjut dia, Penjabat Gubernur Papua Barat, telah mengangkat anak asuh stunting sebanyak 75 anak.
Kata Jacob Fonataba, setiap OPD juga perlu melakukan hal yang sama.
Jika OPD ditambah sejumlah lembaga tingkat Provinsi Papua Barat yang berjumlah 52 instansi bisa mengangkat anak asuh stunting masing-masing 10 anak, maka dapat mengurangi 520 anak penderita stunting.
"Tribun Papua Barat juga dapat membantu dengan menginventarisir data anak penderita stunting di distrik maupun kampung," ungkapnya.
Dalam hal intervensi, anak asuh yang sudah diangkat akan dirawat oleh kader Posyandu.
Jacob Fonataba menyebut pemberian bantuan diberikan kepada orangtua tetapi langsung ke kader Posyandu.
Kader Posyandu, katanya, telah dibekali pengetahuan cara membuat menu yang baik seperti B2SA atau Bergizi, Berimbang, Sehat dan Aman.
Jacob menyebut Paulus Waterpauw sempat terheran-heran atas kasus stunting di Papua Barat.
Sebab menurut Paulus Waterpauw ia dulunya dirawat di Fakfak dalam keadaan sehat.
Sehingga pihaknya berkesimpulan, menu B2SA itu tidak dijalankan para orang tua di generasi milenial.
Program singkat yang ingin diambil ialah meningkatkan asupan agar gizi anak sasaran penderita stunting.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.