Wawancara Eksklusif Senator PB
Ketimbang Kuliahkan Anak Papua ke Luar Negeri, Senator Filep Wamafma Sarankan Ini
tata kelola beasiswa anak Papua ke luar negeri belum dipersiapkan secara matang oleh pemda
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Senator Filep Wamafma mendorong lembaga pendidikan formal maupun informal di Tanah Papua menaikkan kelasnya jadi berstandar internasional.
Hal itu menurut Wakil Ketua I Komite DPD RI, sebagai solusi jitu mencetak anak Papua yang unggul dan berdaya saing.
Ketimbang menyekolahkan puluhan hingga ratusan anak Papua ke luar negeri, menggunakan Dana Otsus, seperti yang dilakukan Pemda Papua dan Papua Barat sejak dulu.
Baca juga: 528 Mahasiswa Papua Penerima Beasiswa Kena DO, 271 Orang Kuliah di Luar Negeri
Baca juga: Pemerintah Pusat Ambil Alih Masalah Beasiswa Mahasiswa Papua, Wamedagri: Pekan Depan Selesai
"Lembaga pendidikan yang ada di Papua inilah yang kita jadikan berstandar internasional," kata Filep Wamafma dalam sesi podcast TribunPapuaBarat.com bertajuk "Otsus dan Pemekaran dari Perspektif Senator Papua Barat", di studio TribunPapuaBarat.com, Jl Merdeka, Kelurahan Padarni, Distrik Manokwari Barat, Manokwari, Papua Barat, Sabtu (12/8/2023) sore.
Menurut dia, tata kelola beasiswa anak Papua ke luar negeri belum dipersiapkan secara matang oleh pemda di Tanah Papua.
Seperti terlihat dari persoalan pembayaran uang kuliah dan biaya hidup mahasiswa yang kerap seret.
Atau ketika anak Papua lulusan luar negeri, itu kembali ke daerah, namun tidak terserap lapangan pekerjaan.
Alhasil, beasiswa ke luar negeri yang menggunakan dana Otsus dalam jumlah besar, itu menjadi kurang efisien bagi percepatan pembangunan SDM di Tanah Papua.
"Indonesia emas 2045 sebentar lagi, tapi belum ada master plan pembangunan pendidikan di Papua oleh Pemerintah Pusat dan daerah itu seperti apa," ujarnya.
Filep mengakui, putra-putri Papua masih kurang dibekali keterampilan dan sertifikasi nasional maupun internasional.
Sehingga sulit bersaing dengan lulusan dari daerah lain di Indonesia untuk bekerja di lembaga atau perusahaan internasional.
Seperti yang ia temukan ketika melakukan penelusuran kepada tenaga kerja di BP Tangguh - Teluk Bintuni.
"Orang Papua hanya dibutuhkan di tahap konstruksi. Untuk sistem operasi dan industri, orang Papua tidak dipakai karena tidak punya sertifikasi. Dipakailah yang dari Jawa, Sumatera dan lain-lain," urainya.
Oleh sebab itu, Filep mendorong pembentukan balai latihan kerja (BLK) yang benar-benar memberdayakan generasi muda Papua.
Serta, menguatkan pendidikan vokasi untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan anak-anak Papua.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.