Berita Papua Barat
Tiket Pesawat Sering Dituding Sebabkan Inflasi Daerah, Ini Saran Asosiasi Agen Travel Papua Barat
Karena tidak selamanya wisatawan itu yang berduit aja. Pasti ada wisatawan yang tujuannya backpaker pasti ada
Penulis: R Julaini | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Association of Indonesian Travel and Agency (ASITA) atau Perhimpunan Agen Travel Indonesia menyarankan sejumlah langkah untuk pemerintah daerah menurunkan harga tiket penerbangan udara.
Ketua DPD ASITA Papua Barat Iwan Septiawan May meminta, pemerintah menyurati kementerian perhubungan menambah maskapai penerbangan beroperasi di Bandara Rendani Manokwari.
Menurut Iwan Septiawan May, ada sejumlah maskapai yang juga memiliki pesawat non Boeing.
Baca juga: Melkias Werinussa: Subsidi Biaya Angkut Bisa Jadi Opsi Cegah Kenaikan Inflasi Daerah
Baca juga: Atasi Inflasi, Hermus Indou Sebut Kemungkinan Jajaki Kerjasama Transportasi Udara dengan Nabire
"Seperti Citilink atau mungkin Air Asia," kata Iwan Septiawan mencontohkan.
Menurutnya, upaya pemerintah daerah memajukan destinasi wisata perlu dukungan transportasi udara dengan harga murah tapi bersaing.
"Karena tidak selamanya wisatawan itu yang berduit aja. Pasti ada wisatawan yang tujuannya backpaker pasti ada," ungkapnya.
Iwan Septiawan mengingatkan dengan hanya memiliki satu maskapai, tiket penerbangan dipercaya sulit didapat dengan harga murah.
Ia mencontohkan, tiket penerbangan dari Sorong ke Makassar berkisar di angka Rp 800-900 ribu, sedangkan Manokwari ke Makassar dipatok dua kali lipat di angka Rp 1,7-2 juta.
Iwan menyatakan Agen Travel Papua Barat siap untuk menjual tiket pesawat, jika 'slot time' penerbangan dibuka untuk maskapai selain Lion Grup yang saat ini mendominasi Bandara Rendani Manokwari.
"Kuota kami biasanya untuk menjual tiket sekitar 30 persen. Dan kalau 30-40 persen kursi penerbangan terisi, itu pesawatnya sudah bisa terbang," ungkap Iwan.
"Karena sudah tertutup semua biaya akomodasi dan biaya lain," sambungnya.
Selain menyarankan penambahan maskapai non boeing, Iwan Septiawan menyarankan adanya subsidi yang diberikan pemerintah.
Jika tidak ada subsidi maupun opsi maskapai, Iwan Septiawan meyakini di waktu sibuk seperti liburan panjang, harga tiket bisa melambung sampai Rp 6 juta.
"Bagaimana mungkin kita bicara pengembangan pariwisata kalau transportasi tidak mendukung?" tukas Iwan.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.