Berita Manokwari
Cerita Penjual Pinang Rudolfina Mayor, Raup Keuntungan Selama Festival Teluk Doreh 2023
Dalam sehari festival, ia bisa mendapat Rp300-an ribu. Padahal di hari biasa, ia hanya mampu mengumpulkan uang Rp70-100 ribu.
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI – Festival Teluk Doreh yang telah berlangsung dari Kamis, (2/11/2023), resmi ditutup Bupati Manokwari Hermus Indou, di lapangan Dermaga Biryosi Fasharkan TNI-AL Manokwari, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, pada Sabtu (4/11/2023) malam.
Di hari itu, Rudolfina Mayor (56) tampak duduk menunggu pembeli menghampiri lapak jualannya yang beratap terpal biru.
Di meja utama, ia menyusun rapi piring kecil berisi pinang, sirih dan kapur. Bersebelahan dengan pinang, ada stoples jagung rebus yang diisi dengan air.
Baca juga: Ikatan Mahasiswa Biak di Manokwari Perdana Menari Wor di Festival Teluk Doreh
Baca juga: Berikut Rangkaian Acara yang Meramaikan Festival Teluk Doreh Tahun 2023
Ada juga rentengan minuman kemasan yang bergantung di samping cooler box styrofoam berisi minuman dingin dalam kemasan botol.
Lapak jualannya berada di luar lapangan utama Dermaga Biryosi, berderet bersama lapak milik mama-mama Papua lainnya, warga sekitar Biryosi.
Perempuan asli Biak, itu bersyukur, karena selama perhelatan Festival Teluk Doreh, ia kecipratan untung karena penghasilan dalam sehari meningkat dari hari biasa.
Dalam sehari festival, ia bisa mendapat Rp300-an ribu. Padahal di hari biasa, ia hanya mampu mengumpulkan uang Rp70-100 ribu.
“Senang sekali. Karena dari hasil jualan ini, tong (kita) pakai buat anak sekolah, beli pulsa listrik dengan makan hari-hari,” ungkap Rudolfina Mayor saat diwawancarai TribunPapuaBarat.com, Sabtu (4/11/2023) petang.
Ia mengaku, sudah sejak sebulan lalu membangun lapak dan berjualan di kompleks Dermaga Biryosi Fasharkan TNI-AL Manokwari.
Setelah mendengar akan ada Festival Teluk Doreh, ia berani meminjam uang di koperasi sebagai modal membeli minuman dalam kemasan botol.
Sementara cooler box styrofoam, ia pinjam dari rekan sesama penjual.
Setiap pagi ia telah menyisihkan uang Rp100 ribu untuk modal membeli pinang di Pasar Wosi.
Rinciannya, buah pinang muda Rp50 ribu, ¼ kg pinang kering senilai Rp20 ribu, 1/5 kg sirih seharga Rp30 ribu.
Sepiring pinang, sirih dan kapur akan ia jual nantinya dengan harga Rp5 ribu dan Rp10 ribu.
“Untuk Festival (Teluk Doreh) ini saya tambah dengan jagung rebus. Beli dengan enam buah 10 ribu, jual satu buah lima ribu,” ujar ibu dua anak itu semringah.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papuabarat/foto/bank/originals/Penjual-Pinang-di-Festival-doreh.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.