Info UNIPA
Dinas Peternakan Papua Barat Gandeng DWP Unipa Kampanye Turunkan Stunting dengan Telur dan Susu
Untuk itu, pihaknya dalam sehari bisa menyiapkan 10 rak (isi 30 butir) teluk lokal yang kemudian direbus dan dibagikan secara gratis kepada anak-anak.
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Papua Barat gencar mengampanyekan penurunan stunting pada anak dengan rajin mengonsumsi telur dan minum susu.
Stunting merupakan kasus gagal tumbuh kembang pada anak akibat kurang gizi kronis, khususnya di masa 1000 hari pertama kehidupan.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi angka stunting di Provinsi Papua Barat menjadi 30,0 persen atau naik 3,8 persen dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Cegah Stunting Alumni Fakultas Kedokteran UNAIR Bantu 198 Anak di Kaimana
Baca juga: Romer Tapilatu Dorong Pembentukan Lembaga Terpadu Stunting dan Kemiskinan Ekstrim
Sementara di Kabupaten Manokwari data prevalensi stunting sebesar 36,60 persen.
Dinas Peternakan Papua Barat pun menggandeng Dharma Wanita Persatuan (DWP) Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Papua (Unipa) untuk mengampanyekan pesan tersebut.
Kerja sama keduanya dikemas dalam pembagian telur rebus dan susu gratis, serta penyediaan pangan murah dan bergizi yang digelar mulai Senin sampai Selasa, (4-5/12/2023) pada pukul 08.00 - 16.00 WIT.
Bertempat di depan gerbang kampus Unipa, Jalan Gunung Salju Amban, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, stan Dinas Peternakan Papua Barat dan DWP Fapet Unipa sukses menyedot perhatian warga.
Pantauan TribunPapuaBarat.com, seorang pria berpakaian merah laiknya Santa Claus ramah menyapa dan membagi telur rebus dan sekotak susu UHT di stan Dinas Peternakan Papua Barat dan DWP Fapet Unipa.
Melengkapi stan, ada seorang badut yang mengundang gelak tawa anak-anak yang melihatnya.
Ketua DWP Sientje Daisy Rumetor mengatakan, kegiatan digelar dalam rangka mengurangi kasus stunting sekaligus menyambut Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
"Kasus stunting di daerah kita kan cukup tinggi. Untuk itu, mudah-mudahan dengan kegiatan ini dapat membantu menurunkan stunting," ungkap Sientje Daisy Rumetor saat diwawancarai TribunPapuaBarat.com, di Manokwari, Selasa (5/12/2023).
Ia mengaku, dalam penyediaan pangan murah dan bergizi, Dinas Peternakan Papua Barat dan DWP Fapet Unipa juga berupaya memopulerkan konsumsi telur lokal di kalangan masyarakat Manokwari.
Untuk itu, pihaknya dalam sehari bisa menyiapkan 10 rak (isi 30 butir) teluk lokal yang kemudian direbus dan dibagikan secara gratis kepada anak-anak.
Selain telur lokal rebus, ucapnya, ada 10 karton susu UHT (ultra-high temperature) rasa cokelat yang disediakan Dinas Peternakan Papua Barat dan DWP Fapet Unipa.
"Telur dan susu ini sumbangan dari alumni Fakultas Peternakan Unipa yang ada di dinas, terutama di Dinas PKH," tutur dosen Fapet Unipa itu.
Untuk penjualan pangan nabati yaitu sayuran dan buah-buahan, ia mengaku menggandeng distributor Toko Sundari Group, pada Senin (4/12/2023).
Sementara pada hari ini, Selasa (5/12/2023), DWP Fapet Unipa dan Dinas Peternakan Papua Barat berkolaborasi dengan distributor telur lokal PT Eka Tirta Prima dan toko Bandan Buah untuk menjual sembako.
Kendati baru pertama dilakukan, tetapi ia mengaku, DWP Fapet Unipa bertekad untuk lebih sering melakukan hal serupa di lain waktu.
Seorang warga Amban, Maria Sikirit (41) mengaku terbantu dengan kegiatan yang dilakukan Dinas Peternakan Papua Barat dan DWP Fapet Unipa.
Walaupun sudah sering ia mengikuti gerakan pangan murah di Manokwari, namun kali ini ia merasa terbantu karena dilakukan di daerah Amban, dekat dari rumahnya.
Anak ketiganya, Abigael (4) pun mendapat telur rebus dan susu gratis dari kegiatan tersebut.
Sambil ia memboyong dua rak telur lokal, seharga Rp70 ribu per rak.
Ia berharap, penyediaan pangan murah dan bergizi, masih akan berlangsung menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023.
Lantaran, kebutuhan rumah tangga pun akan meningkat untuk persiapan Nataru.
"Tong (kita) su biasa makan telur lokal. Anak-anak lebih suka dibanding telur dari Surabaya, karena lebih segar dan rasanya enak," ucap Maria Sikirit semringah.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.