Berita Manokwari
Penantian Sembilan Tahun, Akhirnya Warga Kampung Meyesta Manokwari Nikmati Aliran Listrik
Bertempat di Balai Kampung Meyes, peresmian penggunaan listrik ditandai dengan Bupati Hermus Indou menekan sekring lampu.
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Setelah sembilan tahun akhirnya warga Kampung Pemekaran Meyesta, Distrik (Kecamatan) Manokwari Utara, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, menikmati aliran listrik.
Bupati Manokwari Hermus Indou meresmikan penggunaan listrik bagi warga transmigrasi lokal di UPT Meyes Distrik Manokwari Utara dan UPT Aurmios Distrik Masni, pada Jumat (15/12/2023).
Bertempat di Balai Kampung Meyes, peresmian penggunaan listrik ditandai dengan Bupati Hermus Indou menekan sekring lampu.
Baca juga: Imbas Pemadaman Listrik, 800 Pelajar SMA di Fakfak Tunda Ujian SASĀ
Baca juga: PLN Tambah Daya Listrik PLTMG Andai Dukung Pembangunan Infrastruktur Strategis di Manokwari
Kemudian, disambut riuh tepuk tangan masyarakat melihat empat bohlam di Balai Kampung Meyes kini terang benderang.
Total ada 55 rumah warga dan lima fasilitas publik di Kampung Pemekaran Meyesta yang dipasang instalasi dan meteran listrik oleh PLN UP3 Manokwari.
Sementara ada empat fasilitas publik di UPT Aurmios Distrik Masni yang dipasang instalasi dan meteran listrik.
Menurut Bupati Hermus Indou, hal ini membuktikan komitmen Pemerintah Daerah Manokwari untuk memulai pembangunan dari kampung.
Sehingga, masyarakat kampung tidak lagi terpinggirkan dan potensi di desa, seperti pertanian, pariwisata dan lainnya bisa dikembangkan.
"Listrik ini menjadi kebutuhan utama masyarakat masa kini. Jadi, sekarang bapak ibu bisa menikmatinya," ungkap Bupati Manokwari Hermus Indou dalam sambutannya.
Kepala Kampung Meyesta Niko Salabai (60) menyebut, total ada 110 kepala keluarga (KK) di desanya.
Sementara di kampung induk yakni Kampung Meyes, tersisa 107 KK.
Ia mengaku, masyarakat program transmigrasi lokal, itu memiliki latar belakang suku yang berbeda, namun hidup rukun dan damai.
Masyarakat Kampung Pemekaran Meyesta ada yang berasal suku Meyah, Biak, Serui, Manado maupun Timur (NTT dan sekitarnya).
Sejak 2003 sudah ada Karteker Kepala Kampung Meyesta.
Namun, masyarakat transmigrasi lokal mulai berdatangan dan membelah hutan untuk mendirikan rumah pada 2014.
Sejak saat itu, masyarakat kembali merasakan kegelapan malam dengan tidak adanya aliran listrik.
Diakuinya, masyarakat selama sembilan tahun terakhir hanya mengandalkan sumbu pelita yang menggunakan minyak tanah sebagai penghalau gelap di kala malam.
"Tong (kita) makan, mandi itu sore. Kalau sudah malam, tong tra (tidak) bisa bikin apa-apa, karena sudah gelap," jelas Niko Salabai.
Ia mengatakan, saat bulan sedang memasuki fase purnama, maka masyarakat Kampung Meyesta ramai-ramai berseliweran di jalan.
Namun, cerita itu hanya jadi kenangan warga Kampung Meyesta setelah arus listrik kini mengaliri rumah-rumah dan fasilitas publik.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.