Berita Fakfak

Petani Pala di Fakfak Sebut Standar Harga dari Pengepul Relatif Kecil

"Memang karena dusun Pala ini saya diberikan dari leluhur saya makanya saya tetap mengelola dan menjaganya," katanya.

Penulis: Aldi Bimantara | Editor: Libertus Manik Allo
TribunPapuaBarat.com//Aldi Bimantara
BUAH PALA - Petani Pala di Distrik Fakfak Tengah, Yanuaris Hindom saat diwawancarai TribunPapuaBarat.com di dusun pala miliknya, Jumat (15/3/2024). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, FAKFAK - Masih mengalami kesulitan, para petani Pala di Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat menyebutkan standar harga dari para pengepul masih relatif kecil.

Itu disampaikan Petani Pala di Distrik Fakfak Tengah, Yanuaris Hindom saat diwawancarai TribunPapuaBarat.com di Fakfak Papua Barat, Jumat (15/3/2024).

"Kami yang menanam Pala, kemudian pengasapan dibuka bijinya lalu fulinya tetapi kami tak berdaya tentukan harga," ujarnya.

Baca juga: Dinas Perkebunan Fakfak Luncurkan Information Boards Fluktuasi Harga Pala 

Baca juga: Siti Uswanas Sebut Petani Pala di Fakfak Masih Hidup Melarat, Hanya Jadi Komoditas Politik

Yanuaris Hindom menyebutkan ia bisa menghasilkan 100.000 biji Pala dalam sekali panen.

"Waktu panen itu ada dua kali yaitu musim timur dan barat serta tergantung musimnya, pohon Pala di dusun saya ini memang sudah berumur 80 sampai 100 tahun," tandasnya.

Sementara itu, dikatakannya untuk biji Pala dijual dengan harga Rp 190.000 per kilogram.

"Tetapi itu juga tidak stabil dan ditentukan oleh para pengepul, makanya cukup dan tidak cukup yah kita sebagai petani Pala hanya nikmati saja," ujarnya.

Lelaki murah senyum itu menuturkan, ia juga sudah mulai beralih menanam pohon Rambutan dibandingkan Pala karena dinilainya masih belum bisa menjanjikan.

"Memang karena dusun Pala ini saya diberikan dari leluhur saya makanya saya tetap mengelola dan menjaganya," katanya.

Ia masih ingat betul, pada tahun 1970-an per seribu biji Pala dikenai harga Rp 3.000 hingga pada 1980-an sampai 1990-an naik Rp 250.000 per 1.000 biji.

"Kalau sekarang sudah mencapai Rp 500.000 per seribu biji Pala, lalu untuk bunga atau fuli Palanya itu Rp 200.000," pungkasnya.

Dalam kesempatan itu, sekali panen dan bisa secara penuh, Yanuaris Hindom bisa memperoleh 1 ton biji Pala atau 100.000 biji Pala.

"Persoalan harga ini juga kadang-kadang para pengepul menentukan sendiri dan suka-suka mereka terkadang, makanya ini perlu mendapatkan perhatian bersama," katanya.

Sementara itu, dirinya mengakui bahwasanya tanaman Pohon Pala tumbuh alamiah secara sporadis di Kabupaten Fakfak dan tanpa membutuhkan pupuk.

"Kalau pemerintah mau kasi pupuk yah itu mungkin bisa saja menghasilkan buah Pala yang bagus atau banyak, tetapi pohon Palanya tidak bisa berumur panjang," ucapnya.

Baginya, harga saat ini yang dipasang para pengepul Pala di Kabupaten Fakfak masih tergolong kecil.

"Kami pada prinsipnya belum menjadi tuan di negeri kami sendiri untuk persoalan Pala ini," keluhnya.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved