Vihara Buddha Dharma Biak Berdiri Megah di Tengah Kota Biak Numfor, Destinasi Baru Wisata Religi

Menurut Pengelola Vihara Buddha Dharma Biak, Bhante Pravira, bangunan ini dirancang lima lantai.

Tribun-Papua.com/Fiona Sihasale
VIHARA BARU - Vihara Buddha Dharma Biak, tempat ibadah bagi umat Buddha, di tengah kota Biak Numfor, Provinsi Papua, Sabtu (1/2/2025). Pagoda lima lantai ini juga menjadi destinasi wisata religi baru di Biak. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM - Bangunan setinggi sekitar 35 meter berdiri megah di tengah-tengah kota Biak Numfor, Provinsi Papua.

Bangunan yang didominasi warna merah dan sejumlah ornamen itu adalah Vihara Buddha Dharma Biak, tempat ibadah umat Buddha.

Di lingkungan sekitar pagoda tampak masih mengantung lampion-lampion yang dipasang ketika tahun baru Imlek 2025.

Selain tempat ibadah, Vihara Buddha Dharma Biak kini menjadi satu di antara tempat wisata religi yang menarik di Biak Numfor.

Kehadirannya menambah keindahan dan kekayaan budaya serta nilai toleransi agama di Biak.

Baca juga: Momen Imlek 2025, Etnis Tionghoa Lakukan Tradisi Bagi-bagi Angpao di Fakfak Papua Barat

 

Walau belum diresmikan, pagoga tersebut telah menarik perhatian banyak orang.

Menurut Pengelola Vihara Buddha Dharma Biak, Bhante Pravira, bangunan ini dirancang lima lantai.

Setiap lantai memiliki fungsi berbeda.

Lantai 1 menjadi ruang pertemuan dan tempat berkumpul umat, lantai 2 sebagai ruang meditasi, dan lantai 3 menjadi balai leluhur untuk menghormati para leluhur.

Baca juga: Perayaan Imlek 2576 Kongzili di Fakfak, Pieter Lauw: Tahun Ular Kayu Bawa Perubahan Positif

"Lantai 4 akan menjadi ruang penyimpanan kitab suci, pedoman hidup umat Buddha." 

"Lantai 5 akan menjadi tempat khusus dengan relief kristal hasil kremasi orang-orang suci, termasuk Buddha," ujar Bhante Pravira, Sabtu (1/2/2025).

Pagoda ini, ucapnya, dibuka untuk umum dengan batasan-batasan tertentu yang perlu dijaga bersama. 

Pengelola tidak keberatan Vihara Buddha Dharma Biak juga menjadi destinasi wisata religi.

Pengunjung, ucap Bhante Pravira, tetap harus menghormati aturan dan kesakralan tempat itu. 

Ia berharap pagoda menjadi simbol harmonisasi dan kebijaksanaan, tidak hanya bagi umat Buddha, tetapi juga sebagai ikon toleransi antarumat beragama di Biak Numfor.

 

Sumber: Tribun papua
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved