TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Papua (Unipa) menyanggupi jika pemerintah daerah (Pemda) di Tanah Papua membutuhkan guru untuk program sekolah sepanjang hari (SSH).
Dekan FKIP Hengki Mofu mengatakan, hal ini menilik keberhasilan SSH yang pertama kali diterapkan bersama Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat Daya di SD Inpres 11 Konda, Distrik Konda.
Ada enam alumni FKIP Unipa yang direkrut untuk mendampingi para guru di SD Inpres 11 Konda mulai SSH diluncurkan pada Sabtu, (11/11/2023) hingga akhir Januari 2024.
Baca juga: Antropolog Unipa Maria Nauw Nilai OAP Masih Jadi Pemilih Emosional di Pemilu 2024
Baca juga: Ungkap Keunikan Alam Pegaf dengan Riset, Profesor Fatem: UNIPA Hadir Untuk Pembangunan Berkelanjutan
“Hasilnya bagus, sehingga kalau Pemda Sorong Selatan ingin melanjutkan, atau pemda lain juga ingin menerapkan SSH, kita siapkan tenaga gurunya,” ungkap Hengki Mofu saat diwawancarai TribunPapuaBarat.com, di Manokwari, Kamis (22/2/2024).
Ia menjelaskan, pada prinsipnya FKIP Unipa hadir berpedoman pada tridarma perguruan tinggi untuk mencetak sumber daya pendidikan yang mengisi kebutuhan guru di berbagai kabupaten di Tanah Papua.
Sekaligus meningkatkan konten pendidikan dalam rupa modul atau bahan ajar yang kontekstual dengan kondisi di Tanah Papua.
Ia mengaku, hal inilah yang diterapkan dalam program SSH di Kabupaten Sorong Selatan maupun Kabupaten Maybrat di Provinsi Papua Barat Daya.
Di Maybrat, program SSH baru mulai diterapkan pada Januari 2024 di dua sekolah, masing-masing di Kampung Suswa dan Kampung Ayawasi.
Menurut dia, jika Pemda Sorong Selatan dan Maybrat menyiapkan anggaran untuk melanjutkan program SSH di semua distrik, maka otomatis membutuhkan banyak guru.
“Tidak perlu cari guru jauh-jauh sampai ke luar Papua, ada kita FKIP Unipa yang siap memenuhi kebutuhan,” tegas pria kelahiran Manokwari, 4 September 1972 itu.
Ia mengungkapkan, SSH pada esensinya menargetkan para siswa sekolah dasar mencapai kecerdasan spiritual, kognitif dan emosional atau secara akronim disebut 3K yakni ketuhanan, kompetensi dan karakter.
Para guru alumni FKIP Unipa pun tugasnya mendampingi para guru PNS di sekolah-sekolah tersebut.
“Jika tidak ada guru PNS di sekolah, atau sedang tidak masuk, maka guru rekrutan kita yang ambil alih pengajaran dan lainnya,” paparnya.
Ia menjelaskan, skenario SSH sebagai berikut, pagi-pagi para siswa sudah ke sekolah, lanjut mandi, mengenakan seragam, sarapan, pembinaan rohani, pelajaran normal lalu makan siang di sekolah.
Pada waktu sore, para siswa melakukan pengayaan entah berupa olahraga seperti karate atau pelajaran tambahan.
Setelah itu, ucapnya, para siswa mandi sore dan menikmati makanan ringan, kemudian pembinaan rohani, dan kembali ke rumah masing-masing.
Sementara orang tua siswa juga berperan aktif, mulai dari menyumbang bahan makanan untuk dimasak hingga jadi juru masak di sekolah maupun menyucikan seragam para siswa.
(*)