Pengakuan Pelaku Pembunuhan 1 Keluarga di Indramayu, Simpan Dendam Gara-gara Uang 750 Ribu

Motif pembunuhan satu keluarga di Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mulai terungkap.

|
eki yulianto/tribun jabar
KARANGAN BUNGA - Karangan bunga yang dikirimkan mantan Bupati Indramayu, Nina Agustina kepada satu keluarga yang menjadi korban pembunuhan di Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Selasa 2 September 2025. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM - Motif pembunuhan satu keluarga di Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mulai terungkap.

Ada dua tersangka yang berhasil ditangkap, yakni berinisial R dan P.

Sebelumnya, ditemukan lima jasad terkubur di bawah pohon nangka di halaman belakang rumah mereka, pada Senin (1/9/2025).

Mereka adalah suami dan istri, dua anak yang salah satunya masih bayi serta seorang ayah mertua.

Adapun identitas para korban diketahui adalah H Sahroni (75), Budi (45), Euis (40), serta dua anak berinisial R (6) dan Bela (3).

Rupanya para korban dibunuh oleh mantan rekan kerja korban Budi.

Baca juga: Misteri Pembunuhan 1 Keluarga di Indramayu Mulai Terungkap, Pelaku Berhasil Ditangkap

Dikutip dari TribunJabar.id, Kapolres Indramayu menerangkan kronologi pembunuhan pada saat konferensi pers di Mapolda Jabar, Selasa (9/9/2025).

Pelaku utama yakni R, mengaku merasa sakit hati kepada salah satu korban, Budi Awalludin, terkait uang sewa mobil senilai Rp 750 ribu.

Cerita bermula saat R merental mobil ke Budi dengan uang sewa Rp 750 ribu.

Namun ternyata mobil tersebut mogok.

Pengakuan R, Budi menolak mengembalikan uang sewa.

"Sebelumnya, R ini merental mobil ke Budi dengan memberikan uang sewa Rp 750 ribu. Namun, saat akan mengambil mobil yang disewa, kendaraan itu ternyata mogok."

"Dan, R meminta uangnya kembali, tapi korban Budi menolak dengan alasan uangnya telah dipakai untuk belanja sembako. Merasa kesal, R kemudian merencanakan pembunuhan itu," ujarnya, Selasa (9/9/2025).

Rencana Pembunuhan

Pada Rabu (27/8/2025) pukul 17.00 WIB, tersangka P diminta oleh tersangka R membeli cangkul dan menyimpannya di rumah P. 

Di malam hari, pukul 21.00 WIB, R mengajak P untuk membunuh korban dengan menjanjikan uang Rp 100 juta.

Mereka lalu merencanakan pertemuan dengan Budi dengan dalih kerjasama bisnis jual beli minyak goreng.

"Keesokan harinya atau Kamis (28/8/2025) pukul 18.00 WIB, R kembali menghubungi P untuk datang ke rumahnya. Malam sekitar pukul 23.00 WIB, keduanya tiba di rumah korban dan R berpura-pura mengajak Budi untuk bekerjasa dalam bisnis jual beli minyak goreng. Lalu, Jumat (29/8/2025) pukul 01.00 WIB, R mengajak Budi melihat gudang rumahnya dengan alasan untuk bongkar muat minyak."

Pada pertemuan itu, R melukai Budi dan korban lainnya, yakni Sahroni.

Sementara P berjaga di pintu.

"Nah, saat itulah dia mengambil pipa besi dari tas P dan memukulkannya ke kepala Budi hingga tersungkur. R kemudian masuk ke kamar Sahroni dan memukulnya, sementara P berjaga di pintu," katanya.

PEMAKAMAN 1 KELUARGA - Prosesi pemakaman 5 jenazah korban pembunuhan di Kelurahan Paoman, Indramayu di Pemakaman Keluarga Nyairesik Desa/Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Rabu 3 September 2025.
PEMAKAMAN 1 KELUARGA - Prosesi pemakaman 5 jenazah korban pembunuhan di Kelurahan Paoman, Indramayu di Pemakaman Keluarga Nyairesik Desa/Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Rabu 3 September 2025. (eki yulianto/tribun jabar)

Setelah itu, Fajar menyebut, R menuju kamar Euis dan memukul kepalanya, serta anak inisial R yang tengah tidur. 

Sementara tersangka P, menenggelamkan bayi inisial B ke bak mandi.

"Keduanya setelah menghabisi para korban mencari barang berharga dan menemukan uang Rp 7 juta dan tiga unit ponsel, salah satunya milik Budi yang kemudian dipakai R," katanya.

Di sekitar pukul 07.00 WIB, R mengambil gelang dan anting emas yang dikenakan bayi B dan menyerahkannya ke P. 

Tersangka P kemudian menjual emas itu ke Pasar Mambo Indramayu seharga Rp 3 juta. Dan, pukul 17.00 WIB, P membeli terpal untuk menyeret korban ke belakang rumah," ujarnya.

AKBP Fajar menambahkan, pada Sabtu (30/8/2025) pukul 01.00 WIB, kedua tersangka membawa kelima korban ke halaman belakang rumah dan menguburkannya dalam satu lubang. 

Hingga pukul 03.30 WIB, mereka memindahkan mobil pikap putih milik korban dari garasi ke tepi jalan dengan kunci kontak masih di dalamnya. 

"Pukul 05.00 WIB, mereka membawa mobil Corolla milik Sahroni ke hotel di Jatibarang untuk bersembunyi."

Baca juga: Misteri Pembunuhan 1 Keluarga di Indramayu Mulai Terungkap, Pelaku Berhasil Ditangkap

Pelaku juga sempat mengkambinghitamkan seorang warga bernama Evan, agar dicurigai polisi.

Menggunakan ponsel Budi, pelaku menghubungi Evan.

"Lalu, pukul 10.00 WIB, R menghubungi Evan menggunakan ponsel milik korban Budi untuk menggadaikan mobil pikap itu," katanya.

Pada Minggu (31/8/2025) sekitar pukul 16.30 WIB, R menerima uang gadai sebesar Rp 14 juta dari Evan yang ditransfer ke rekening Dana milik Budi. 

Pukul 17.45 WIB, P menarik Rp 3 juta di BRILink Jatibarang menggunakan akun Dana milik Budi.

Senin (1/9/2025) sekitar pukul 02.00 WIB, keduanya mengembalikan mobil Corolla milik Sahroni dengan cara diparkirkan di sekitar rumah Evan untuk mengalihkan kecurigaan masyarakat seolah-olah Evan adalah pelaku pembunuhan. 

R juga menyebarkan kabar ke teman dan istrinya agar meyakinkan bahwa Evan merupakan pembunuh keluarga Sahroni. 

Dan, pukul 10.42 WIB, P menarik uang Rp 10 juta dari akun Dana Budi di BRILink Jatibarang.

"Selanjutnya, pada Selasa (2/9/2025), keduanya melarikan diri ke Jakarta menggunakan travel dan kemudian ke Bogor. Pada Rabu (3/9/2025), mereka bergerak ke Semarang, dan Kamis (4/9/2025) ke Demak, serta Jumat (5/9/2025) ke Surabaya. Pada Sabtu (6/9/2025), mereka kembali ke Indramayu tepatnya di Kecamatan Kedokanbunder dengan tujuan berangkat ke laut sebagai anak buah kapal," katanya.

Namun, pelarian keduanya berakhir ketika polisi berhasil menangkap mereka pada Senin (8/9/2025) pukul 02.30 WIB di Kecamatan Kedokanbunder.

Detik-detik Ditemukan 

Dikutip dari Kompas.com, awal penemuan terjadi saat teman dari Euis (salah satu korban) datang ke rumah tersebut pada Senin (1/9/2025) sekitar pukul 09.00 WIB

Hal itu diungkapkan seorang warga bernama Roemah (57).

Namun kondisi rumah saat itu sepi dan dalam keadaan terkunci.

Mereka bahkan sampai menunggu di depan rumah hingga pukul 16.00 WIB sore.

Karena khawatir terjadi sesuatu, mereka mendatangi RT setempat untuk sama-sama mengecek kondisi korban. 

Mereka diarahkan ke rumah Roemah, yang kebetulan juga masih saudara dari almarhumah Siti Maskiroh, istri H Sahroni (korban). 

"Jadi, orang bertiga ini ke rumah saya," ujar dia. 

Ia pun kemudian meminta izin kepada saudaranya yang lain untuk mendobrak paksa pintu rumah tersebut.

Roemah juga mengaku ada kekhawatiran karena sudah beberapa hari tidak bertemu dengan para korban.

Selain itu mereka juga meminta izin kepada saudaranya yang lain untuk mendobrak paksa pintu rumah tersebut.

DISALATKAN - Suasana duka menyelimuti Masjid Madania, Desa/Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Rabu (3/9/2025). Lima jenazah korban dugaan pembunuhan satu keluarga asal Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, disalatkan sebelum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nyairesik, Sindang.
DISALATKAN - Suasana duka menyelimuti Masjid Madania, Desa/Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Rabu (3/9/2025). Lima jenazah korban dugaan pembunuhan satu keluarga asal Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, disalatkan sebelum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nyairesik, Sindang. (eki)

Bau Busuk Menyengat

Awalnya saat pintu dibuka, ada bau busuk menyengat dari dalam rumag.

Namun para korban tak ditemukan di manapun

Setiap ruangan pun ia geledah sampai mencari ke kolong tempat tidur.

Roemah dan lainnya pun sempat kembali pulang.

Namun ia kembali lagi ke dalam rumah korban bersama sang anak.

Saat itu  pandangannya tertuju ke gundukan tanah di rumah bagian belakang.

Dengan menggunakan pisau, Roemah mencoba mengorek tanah tersebut. 

Ternyata di dalamnya ada mayat manusia, ia pun langsung menjerit ketakutan sekaligus kaget.

Melihat pemandangan yang mengerikan tersebut, Roemah langsung menjerit.

Kedua kakinya lemas, ia juga tidak berhenti mengucap istigfar.

"Saya tuh lemes ininya (lututnya), ya Allah yang masih kecil juga dihabisi (dihilangkan nyawanya) semua," ujarnya.

Baca juga: Pendataan OAP di Kabupaten Manokwari Ditargetkan Rampung Tahun Ini

Suaminya pun datang turut mengecek, ditemukan mayat tersebut adalah H Sahroni dan kondisinya pun sudah membusuk.

Saat itu Roemah tak tau jika gundukan tanah tersebut berisi lima jasad.

Hingga saat menunggu proses evakuasi, ia baru tau ada lima jasad.

"Saya tanya ke bapak polisi, katanya tuh korbannya enggak cuma satu, terus saya tanya lagi ada berapa pak? Pak polisinya enggak berani ngomong, cuma tunjukkan 5 jari," ujar dia.

Keterangan dari pihak kepolisian bahwa Budi (salah satu korban) ditemukan dengan kondisi tangan dan kakinya terikat.

Kemudian, kondisi H Sahroni (korban) kepalanya dibekap pakai sarung. 

Dugaan pembunuhan ini juga diperkuat dengan kondisi kamar tidur dan kamar mandi rumah korban yang terdapat bercak darah.

Dari olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi mengamankan beberapa barang bukti. 

"Di antaranya yang kami amankan ada satu buah cangkul, satu buah ember kecil, satu buah seprei biru dengan bercak darah, serta satu buah terpal biru dengan bercak darah," ujar Kasi Humas Polres Indramayu, AKP Tarno. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved