Malaria di Papua Masih Tinggi, Pemerintah Ungkap Karakteristik Masyarakat yang Buat Kasus Tinggi
dr Beeri I S Wopari (52), mengatakan, Papua merupakan salah satu daerah penyumbang kasus malaria tertinggi (85 persen) di Indonesia.
Laporan Wartawan TribunPapuaBarat.com, Safwan Ashari Raharusun
TRIBUNPAPUABARAT.COM, JAYAPURA - Kepala Balai Pencegahan dan Pengendalian Aids, Tuberkulosis dan Malaria, Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr Beeri I S Wopari (52), mengatakan, Papua merupakan salah satu daerah penyumbang kasus malaria tertinggi (85 persen) di Indonesia.
Kata Wopari, daerah penyumbang kasus malaria sebesar 85 persen adalah Kabupaten Mimika, Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Sarmi dan Kabupaten Keerom.
"Di kabupaten Mimika sendiri jumlah yang sakit malaria paling tertinggi di Indonesia, dan itu tantangan besar," ungkap Wopari, kepada TribunPapuaBarat.com, Senin (14/6/2021).
Baca juga: GAMKI Dorong Sinergi Pemerintah, PP PON dan KONI untuk Sukseskan PON 2021 di Papua
Selain Mimika, kata Wopari, disusul Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura, memiliki indeks kasus malaria tertinggi.
"Kita hitung kejadian malaria per 1.000 orang dikali jumlah penduduk, ternyata Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura masih tinggi," ucap lelaki asal Waropen.
Dari data sementara, hingga tahun 2020 Provinsi Papua masih ada di posisi 58,10 per 1.000 penduduk.
"Padahal kalau kita mau eliminasi, maka otomatis jumlah kasus harus dibawah 1 per 1.000 penduduk," ujarnya.
Lanjut Wopari, sesuai data di Dinas sepanjang 2020, kasus malaria untuk Kabupaten Mimika 63.174 per 1.000 penduduk.
Tak hanya itu, Wapari juga membeberkan, trend kasus di Kota Jayapura sendiri 25.150 per 1.000 penduduk.
Sementara untuk kabupaten Jayapura, jumlahnya sebanyak 23.025 kasus.
"Ternyata trend kasus malaria di Papua agak sedikit berbeda dengan tahun kemarin," tuturnya.
"Awalnya Mimika merupakan wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, saat ini dia bergeser ke Kabupaten Sarmi," ungkap Wopari.
Untuk sementara jumlah kasus di Kabupaten Sarmi 369,17 per 1.000 penduduk. Disusul oleh Kabupaten Keerom 311,76 per 1.000 penduduk.
Baca juga: Harapan AJI Jayapura untuk Pengganti Wagub Papua Klemen Tinal: Jangan Antikritik
Karakter Masyarakat
Selain itu, Wopari menambahkan, trend kasus malaria di Papua juga dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat.
"Kalau di Mimika yang terpapar hampir sebagian besar dari para pendulang emas, sebab semuanya tinggal di satu tempat," ungkapnya.
Sementara kota dan kabupaten Jayapura, kata Wopari, masih banyak genangan air yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
"Kita di Jayapura masih banyak genangan air, sehingga menimbulkan persoalan malaria," ucapnya.
Tak hanya itu, ia juga membeberkan, masyarakat masih tetap dengan kebiasaan nongkrong diluar rumah.
"Apalagi, nyamuk Anopheles (nyamuk malaria) ini mempunyai waktu terbang Pukul 18.00 WIT, hingga pagi," tutur Wopari.
Sehingga, menurut dia, petugas diterjunkan ke lapangan, namun harus dibarengi dengan pengendalian kebiasaan masyarakat.
"Sehingga bisa kita eliminasi malaria secara bersama-sama," imbuhnya.(*)