Perjuangan Ayah Tuna Netra untuk Keluarga, Tiap Hari Keliling Kota Sorong Jualan Sapu Lidi
Perjuangan seorang Ayah Tuna Netra untuk Keluarga, Tiap Hari Keliling Kota Sorong Jualan Sapu Lidi dan ia menahan lapar dan haus demi sekolah anak
Penulis: Petrus Bolly Lamak | Editor: Jefri Susetio
Satu ikat sapu lidinya dijual Rp 15 ribu. Uang hasil jualan diserahkan pada istrinya untuk biaya hidup dan bayar uang sekolah.
Kini, anak sulung Pak Felix kuliah semester tiga di Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS).
Baca juga: Dinas Pendidikan Papua Barat akan Tambah Sekolah Negeri, Sekolah dan Guru Terbatas
Baca juga: Perjalanan Hidup Sakarias Dowansiba, 7 Hari 7 Malam Jalan Kaki dari Pegaf Menuju Manokwari
Sedangkan, anak kedua sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan anak bungsunya belum sekolah.
"Istri juga kerja ibu rumah tangga saja dan kerja-kerja sampingan lainya. Tapi sekali lagi Tuhan itu baik. Anak saya boleh menikmati pendidikan dan keluarga kami bisa makan. Itu saja sudah cukup," ceritanya.
Ia bersyukur istri dan anak-anaknya bisa menerima kekurangannya itu. Mereka berjuang untuk sekolahkan anak-anaknya.
Pak Felix selalu mengandalkan feeling dalam melakukan aktivitas sehari-hari khusus saat berjalan.
Kadangkala ia dituntun warga saat ingin menyeberang.
"Saya sudah hafal suara-suara kendaraan sehingga pasti berhati-hati," katanya.
(*)