Arnold Moktis, Putra Arfak yang Tekuni Usaha Minyak Kelapa di Manokwari
Arnold Moktis, Putra Arfak yang Tekuni Usaha Minyak Kelapa di Manokwari, Berikut Perjuangan Hidupnya
Penulis: Elias Andi Ponganan | Editor: Jefri Susetio
Sebab, teknik pengolahan minyak kelapa secara cepat belum dipahami.
"Tanggal 1 Mei 2022 saya mulai produksi minyak kelapa," ucapnya.
Tak kehabisan akal, Arnold memanfaatkan internet untuk mempelajari teknik pengolahan minyak kelapa.
Sejumlah artikel hingga video yang tersaji di platform YouTube menjadi bahan referensi.
Bermodalkan dua mesin parut berkapasitas kecil, dalam sehari Arnold mampu menghasilkan 5 liter lebih.
"Kadang saya tanya ke tetangga rumah soal pengolahan minyak kelapa. Puji Tuhan, bisa meningkat pelan-pelan," ucap Arnold.
Meski berskala kecil, produk milik Arnold berhasil mencuri perhatian sejumlah pelaku usaha yang bergerak pada bidang kuliner.
Pasokan ke warung bervariasi, ada yang 10 liter dan ada juga yang kurang dari itu.
Minyak kelapa milik Arnold diberi nama minyak MAS (Meniyi Ayug Sidey).
Lokasi produksi terletak di Kampung Sidey, Distrik Sidey, Kabupaten Manokwari
Ia juga memanfaatkan Facebook milik istrinya (Pricilia Sarionsong Boki) untuk menawarkan produknya kepada konsumen.
"Kalau ada pembeli, kita antar ke kota Manokwari," ucap dia.
Baca juga: Geger Penemuan Jenazah di Kampung Makotyamsa Kabupaten Sorong, Berikut Keterangan Warga
Baca juga: 3 Perangkat Kampung di Manokwari Jadi Tersangka: Salah Gunakan Anggaran Desa
Arnold merupakan lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado.
Setelah menamatkan pendidikan strata satu, Arnold mengikuti seleksi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 2012.
Setelah gagal, Arnold melamar menjadi pegawai honor pada salah satu instansi pemerintahan.
"1 tahun 6 bulan saya honor sebagai satpam," ucap Arnold Moktis.
Ia menjelaskan, tujuan utama dari usahanya adalah mengangkat potensi lokal di Distrik Sidey yakni kelapa.
Apabila bisnis rintisannya berkembang, maka dapat mempekerjakan masyarakat lokal setempat.
"Bahan baku kelapa dari kebun saya sendiri. Kalau tidak cukup, saya beli dari masyarakat," pungkas Arnold Moktis.
(*)