'Miyeba' Kalung Manik-manik Khas Suku Arfak, Berikut Bentuknya

'Miyeba' Kalung Manik-manik Khas Suku Arfak, Berikut Bentuknya. Umumnya, masyarakat Suku Afrak menyukai warna yang mencolok seperti merah dan kuning

Penulis: redaksi | Editor: Jefri Susetio
TRIBUNPAPUABARAT.COM/Infak Insaswar Mayor
MIYEBA - Miriam Mandacan pengrajin kalung manik-manik atau Miyeba sebutan dalam Suku Arfak, Jumat (19/08/2022). Miyeba Biasa Digunakan Bersamaan dengan Pakaian Adat Suku Arfak 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Kegiatan merangkai kalung manik-manik, dalam tradisi Suku Arfak sudah berlaku turun-temurun. Satu di antaranya perangkai kalung manik-manik itu Mariam Mandacan.

"Beli dari toko, bungkusan besar," ujar Mama Mariam kepada TribunPapuaBarat.com, Jumat (19/8/2022).

Ia menjelaskan, manik-manik sebagai bahan utama dibeli berdasarkan warna dengan harga bungkusan besar Rp 50 ribu.

Baca juga: KISAH Cinta Samuel dan Dea, Jadi Pasangan Termuda Dalam Nikah Masal di Kota Sorong

Baca juga: INILAH Kegiatan yang Digelar BPKH Manokwari saat Memperingati HUT ke-77 Kemerdekaan Indonesia

Untuk menahan manik-manik, Miriam gunakan nelon sebagai alat bantu yang kuat. Proses pembuatan cukup memakan waktu, karena bisa dua hingga tiga hari untuk menghasilkan Miyeba.

"Kalau bikin yang besar tiga hari," kata Miriam saat ditemui TribunPapuaBarat.com di pondok jualannya.

Satu ikatan atau gumpalan kalung manik-manik berukuran besar, sekitar 26 buah dengan harga jual Rp 500 ribu.

Selain itu, untuk ukuran ikatan kecil Rp 300 ribu, dengan jumlah manik-manik berkisar delapan hingga 16. Umumnya, masyarakat Suku Afrak menyukai warna yang mencolok seperti merah dan kuning.

Namun untuk menambah variasi, kadang dibuat warnah hitam dan putih.

Miyeba biasa digunakan bersamaan dengan pakaian adat suku Arfak, saat acara atau kegiatan besar dan penting.

Baca juga: Kanwil DJPb Komitmen Kawal Tata Kelola Dana Otsus di Provinsi Papua Barat

Baca juga: Setelah 40 Tahun Hidup Bersama, Amos Emaury Akhirnya Bisa Resmi Nikahi Rabeka Manufando

Pondok jualan yang berada di badan Jl. Trikora Rendani, Kelurahan Wosi, Distrik Manokwari Barat sudah banyak mengundang peminat.

"Biasa kalau ada mau jemput orang besar (penting), nanti dong (mereka) datang sewa," ujarnya.

Letak pondok yang berdekatan dengan Bandara Udara Rendani Manokwari, menambah hasil pemasukan bagi mama Miriam.

Harga sewa yang dikenakan perempuan Arfak ini Rp 200 ribu untuk sekali pakai.

Bersamaan dengan kalung manik-manik, ia juga menjual noken yang terbuat dari kulit kayu.

(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved