Perayaan Kamis Putih, Umat Katolik di Manokwari Diajak Menjadi Teladan Cinta Kasih

Secara khusus, perayaan Kamis Putih untuk mengenang perjamuan malam terakhir Yesus Kristus bersama para muridnya.

Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Haryanto
TRIBUNPAPUABARAT.COM/KRESENSIA KURNIAWATI MALA PASA
KAMIS PUTIH - Suasana perayaan Kamis Putih di Gereja Katolik Imanuel Sanggeng, Manokwari, Papua Barat, Kamis (6/4/2023) malam. 

Untuk itu, Willy mengajak seluruh umat untuk menjadikan Yesus sebagai sumber kehidupan.

Walaupun ia mengakui, dalam ziarah kehidupan, cobaan datang silih berganti dan terkadang mengguncangkan iman.

Tetapi, memandang Yesus yang tersalib serta menyambut tubuh dan darah-Nya dalam perayaan Ekaristi, niscaya manusia dikuatkan hingga mencapai titik akhir kehidupan.

Menurut Willy, manusia telah menerima kasih Allah yang tak berkesudahan.

Oleh sebab itu, manusia mesti membagikan cinta kasih tersebut kepada sesama, melalui tindakan saling melayani dan menghidupi cinta kasih persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari.

"...sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu," demikian kutipan Injil Yohanes 13: 15 yang dibacakan dalam misa Kamis Putih.

Baca juga: Masuk Masa Pra Paskah, Umat Katolik di Manokwari Diajak Hidup dalam Doa, Puasa, dan Sedekah

Tanpa ritus penutup atau berkat dari Imam, misa Kamis Putih diakhiri dengan pemindahan Sakramen Maha Kudus (dalam sibori) dari tabernakel utama lalu diarak keliling gereja dan ditakhtakan di tabernakel lain berdesain bangunan Gereja Imanuel Sanggeng.

Selama perarakan Sakramen Maha Kudus, hanya dibunyikan lonceng kayu atau dalam bahasa latin disebut crotalus. Sementara, petugas lain mengosongkan altar utama.

Kemudian ibadat tuguran pun dimulai. Tuguran memilki arti “berjaga-jaga”, seturut perintah Yesus bagi murid-muridNya untuk menemani-Nya. ketika Ia sedang berdoa di Taman Getzemani, sebelum ditangkap.

Ibadat tuguran merupakan salah satu bentuk adorasi (dengan menggunakan sibori) yang menghendaki suasana hening. Adorasi artinya mengagumi, memuja dan menyembah.

Musik gereja tidak boleh dibunyikan lagi sampai dengan “Kemuliaan” pada malam Paskah. Tujuannya untuk menciptakan suasana hening dna mengantar umat memasuki perkabungan agung mengenang sengsara dan wafat Tuhan Yesus.

(*)

 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved