Berita Papua Barat

Pantai Utara Manokwari Diproyeksikan Jadi Pusat Konservasi Penyu

Pasca pemekaran Provinsi Papua Barat Daya, provinsi induk mesti fokus mengembangkan potensi wisata daerahnya

TribunPapuaBarat.com//Kresensia Kurniawati Mala Pasa
PENANGKARAN PENYU - Rona bahagia anggota KDC dan anak-anak Kampung Bremi, Distrik Manokwari Utara, Manokwari, PPapua Barat, saat pelepasliaran 300-an tukik sebagai peringatan Hari Laut Sedunia, Kamis (8/6/2023). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI – Pantai Utara, Kabupaten Manokwari, diproyeksikan menjadi pusat konservasi penyu di Papua Barat.

Kepala Bidang Budidaya Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Papua Barat, Enos Menai mengungkapkan, hal itu bisa terjadi jika ada keseriusan tata kelola dari pemerintah daerah, swasta dan masyarakat.

Pasca pemekaran Provinsi Papua Barat Daya, provinsi induk mesti fokus mengembangkan potensi wisata daerahnya yang berbasis pembangunan berkelanjutan.

Baca juga: Kisah Otobaja Tarami, dari Pemburu jadi Pelestari Penyu, Masuk Nominasi Penerima Kalpataru 2023

Baca juga: Cantiknya Pesona Alam Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Ada Pulau Matas Lokas Penetasan Penyu

Terlebih, 2018 Provinsi Papua Barat telah menggaungkan diri sebagai provinsi konservasi. Melalui Deklarasi Manokwari dan tertuang dalam Perdasus Nomor 10 Tahun 2019.

"Sepanjang Pantai Utara Manokwari ini, seperti Pantura, Bremi, Mandopi, Nuni, penyu rutin naik untuk bertelur. Nah, ini yang perlu kita kelola dengan kerja secara terstruktur," kata Enos Menai kepada TribunPapuaBarat.com di Manokwari beberapa waktu lalu.

Ia menyebut, Papua Barat mesti belajar dari Taman Pesisir Jeen Womom, karena berhasil membetot atensi para wisatawan domestik maupun luar negeri.

Ada yang datang meneliti siklus kehidupan penyu, atau sekadar melihat lebih dekat hewan yang dilindungi, itu di habitat aslinya.

Menurut Enos Menai, pesisir Pantai Utara Manokwari memiliki daya tarik hampir serupa dengan Jeen Womom.

Dari keenam jenis penyu di Indonesia, empat di antaranya dapat dijumpai di Pantai Utara Manokwari, karena rutin melakukan peneluran sepanjang tahun.

Di antaranya, penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang atau sisik semu (Lepidochelys olivacea), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).

"Jadi, kalau ada orang yang mau belajar atau lihat penangkaran penyu di Papua Barat, yah datang ke pesisir Pantai Utara Manokwari saja," kata Enos Menai.

Ia mengakui, masyarakat orang asli Papua di pesisir Pantai Utara Manokwari, telah membangun fondasi ikhtiar jadi pusat konservasi penyu.

Semula adalah predator penyu, kini masyarakat bertransisi menjadi penangkar penyu.

Melalui upaya penangkaran penyu yang dimulai Otobaja Tarami (66) pada 2015 di Penangkaran Penyu Manduni Putera Kampung Mubraidiba, Distrik (Kecamatan) Manokwari Utara, Manokwari, Papua Barat.

Kemudian berafiliasi menjadi Penangkaran Penyu Wau (penyu dalam bahasa Biak) oleh Nataniel Merino di Kampung Nuni, Distrik Manokwari Utara pada 2020.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved