Peneliti: Butuh Waktu 30 Tahun agar Indeks Pembangunan Manusia Papua Barat Capai 79

Ia menjelaskan pertumbuhan rata-rata IPM Papua Barat selama tahun 2014-2021 sebesar 0,53 persen.

TRIBUNPAPUABARAT.COM/KRESENSIA KURNIAWATI MALA PASA
Peneliti demografi Papua dan Papua Barat dari Universitas Papua (Unipa), Agus Sumule, saat diwawancarai di Manokwari, Selasa (20/6/2023). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI – Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat diprediksi butuh waktu 30 tahun agar dapat mencapai kategori tinggi, yaitu 79.

Peneliti demografi Papua dan Papua Barat dari Universitas Papua (Unipa), Agus Sumule, mengatakan itu setelah mempelajari pertumbuhan rata-rata IPM Papua Barat selama rentang 2014 hingga 2021.

IPM merupakan indeks komposit dari kesehatan (UHH: umur harapan hidup), pendidikan (HLS: harapan lama sekolah dan RLS: rata-rata lama sekolah), dan ekonomi (PPP: purchasing power parity/paritas daya beli).

Merujuk data Badan Pusat Statistik pada 2022, IPM Indonesia ada di angka 72,91 (kategori tinggi: 70≤IPM 80).

Baca juga: Hermus Indou: Karena Stunting, IPM Manokwari Bermasalah di Lapangan

 

Sementara IPM Papua Barat pada tahun yang sama, mencapai 65,89 atau masuk kategori sedang (60≤IPM 70). IPM Papua Barat pada 2022 hanya naik 0,63 dari tahun sebelumnya.

“Kabupaten yang pertumbuhan IPM-nya lambat akan lambat pula dalam mencapai IPM tinggi, dan sebaliknya,” ujar Agus Sumule kepada TribunPapuaBarat.com di Manokwari, Selasa (20/6/2023).

Ia menjelaskan pertumbuhan rata-rata IPM Papua Barat selama tahun 2014-2021 sebesar 0,53 persen.

Dari faktor kunci peningkatan IPM tersebut, ucapnya, IPM Papua Barat diprediksi bisa mencapai 70 (batas rendah untuk kategori IPM tinggi) pada 13,02 tahun mendatang.

Dosen ilmu kependudukan Fakultas Pertanian Unipa, itu mengatakan kabupeten-kabupaten di Tanah Papua yang terletak di daerah pegunungan, umumnya memiliki IPM rendah (kurang dari 60).

Di Papua Barat, IPM Kabupaten Pegunungan Arfak pada 2021 mencapai 56,13 lalu naik jadi 57,01 pada 2022.

Agus menjelaskan, penelitiannya pada 2021 menunjukkan, pendorong rendahnya IPM di Kabupaten Pegunungan Arfak satu di antaranya, yaitu rata-rata lama sekolah 5,12 tahun atau tidak sampai tamat sekolah dasar.

Baca juga: Pj Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw Klaim IPM Papua Barat Terus Meningkat

“Keberhasilan pembangunan suatu daerah ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia atau SDM-nya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi kualitas kualitas SDM di daerah tersebut,” terang dia.

Menurut dia, untuk mengungkit laju peningkatan IPM Papua Barat, maka diperlukan sejumlah langkah-langkah terobosan oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat dan pemerintah kabupaten.

Di dunia pendidikan, kata Agus, terobosan yang ditempuh di antaranya, pendidikan inklusif, sekolah sepanjang hari, pengadaan tenaga guru dan pendidikan remedial.

Ada juga program kesetaraan Paket A, B dan C, serta dana abadi pendidikan.

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved