Tabuhan Rebana dan Pertunjukan Hadrat Warnai Pesparawi XIV se-Tanah Papua di Sorong

Para penabuh rebana dan pemain hadrat saat pembukaan Pesparawi XIV itu berasal dari majelis taklim dan pemuda masjid.

Kemenag Papua Barat
Tabuhan rebana dan pertunjukan hadrat mewarnai acara pembukaan Pentas Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) XIV se-Tanah Papua tingkat Papua Barat dan Papua Barat Daya di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu (22/06/2024). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM - Tabuhan rebana dan pertunjukan hadrat mewarnai acara pembukaan Pentas Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) XIV se-Tanah Papua tingkat Papua Barat dan Papua Barat Daya.

Pembukaan Pesparawi XIV digelar di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu (22/06/2024).

Para penabuh rebana dan pemain hadrat berasal dari majelis taklim dan pemuda masjid.

Mereka juga nampak ikut dalam parade musik berkolaborasi dengan tiupan terompet dan tabuhan tambur umat Kristiani mengiringi lagu "Dalam Tuhan Kita Bersaudara".

Baca juga: Matret Kokop Lepas Kontingen Pesparawi Teluk Bintuni ke Sorong: Jaga Nama Baik Daerah

 

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Papua Barat, Luksen Jems Mayor, menyebut kehadiran majelis taklim dan pemuda masjid sebagai bentuk toleransi dan persaudaraan.

"Semua umat beragama di Papua Barat dan Papua Barat Daya wajib menjunjung tinggi nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika dan toleransi, menghargai martabat budaya daerah, dan menolak kekerasan atas nama agama," kata Kakanwil Kemenag Papua Barat itu.

Penjabat Gubernur Papua Barat Daya, Muhammad Musa'ad, menyampaikan hal senada.

Menurutnya, harmoni yang indah harus dimaknai dan ditunjukkan lewat Pesparawi XIV se-Tanah Papua tingkat Papua Barat dan Papua Barat.

Baca juga: Lepas Kontingen Pesparawi Manokwari, Hermus Indou: Predikat Kota Injil Harus Dipertanggungjawabkan

"Mari kita selalu mengedepankan kemajemukan kita. Perbedaan adalah kodrat yang tidak bisa dihindari," ujarnya.

Ia menyebut perbedaan adalah suatu keniscayaan dan event keagamaan bisa menjadi sarana dan instrumen untuk meningkatkan toleransi antarumat beragama.

Pujian serupa datang dari musisi ternama asal Papua, Edo Kondologit. Menurutnya, tali persaudaraan yang luar biasa di Tanah Papua merupakan satu anugerah terindah.

"Kita hadir di sini, semua berjalan bersama tanpa memandang perbedaan suku, ras, dan agama," ucapnya.

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved