Berita Fakfak

Yayasan Kaleka Sukses Berdayakan Warga Budidaya Rumput Laut di Kokas Fakfak

Lebih lanjut Adinda menegaskan, Yayasan Kaleka hadir untuk membantu masyarakat melalui kebun bibit. 

Penulis: Aldi Bimantara | Editor: Libertus Manik Allo
ISTIMEWA
Petani rumput laut, Ali Rumalolas saat hendak memanen perdana bibit rumput laut di perairan Kampung Ugar, Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak Papua Barat yang ditekuninya dengan tentu pendampingan dari Yayasan Kaleka melalui implementasi nyata Program Wewowo Kampung, 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, FAKFAK - Melalui Pokja Wewowo Lestari, Yayasan Keleka berhasil memberdayakan warga untuk menjadi pembudidaya rumput laut di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat.

Itu diinformasikan Program Coordinator Wewowo Kampung-Kaleka, Adinda Canserera Milaba kepada TribunPapuaBarat.com di Fakfak Papua Barat, Rabu (22/1/2025). 

"Ini sebetulnya merupakan perwujudan dari implementasi regulasi, kebijakan, dan perencanaan yang kita bahas pada level Pemda lewat Pokja Wewowo Lestari tersebut terdapat satu program namanya Wewowo Kampung," jelasnya.

Baca juga: Yayasan Kaleka Fokus Pengakuan Hak Masyarakat Hukum Adat, Perlindungan Tutupan Hutan dan Konservasi

Baca juga: Yayasan Kaleka Bakal Bentuk Tim Kerja Penyusun Tata Ruang Kampung Fakfak

Adinda menjelaskan, Program Wewowo Kampung sebelumnya sudah berjalan pada 5 pilot kampung, salah satunya di Kampung Sisir, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak

"Melalui Program Wewowo Kampung ini kami mendorong potensi komoditas lokal di kampung-kampung guna menggali apa yang bisa dikembangkan dengan tujuan mengembangkan perekonomian berbasis kelestarian alam," jelasnya. 

Lanjutnya mengatakan, salah satunya saat penggalian potensi secara lebih mendalam dilakukan pihaknya, ditemukan adanya 1 success story di mana terdapat pembudidaya rumput laut yang sukses. 

"Namun karena ada beberapa kendala, salah satunya tidak adanya ketersediaan bibit di Kabupaten Fakfak, belum lagi masalah penyakit akibat hama makanya sempat vakum budidayanya selama kurang lebih 10 tahun," beber Adinda. 

Untuk menjawab kerinduan masyarakat Kokas Fakfak khususnya para petani rumput laut akan komoditas tersebut, maka pihaknya hadir untuk membantu. 

 

"Misi kami tentunya bagaimana agar membangkitkan kembali komoditas rumput laut di Distrik Kokas Kabupaten Fakfak Papua Barat," terangnya. 

Lebih lanjut Adinda menegaskan, Yayasan Kaleka hadir untuk membantu masyarakat melalui kebun bibit. 

"Saat ini fokus kami ialah bagaimana bibit itu bisa tersedia secara konsisten di Kabupaten Fakfak ini," terangnya. 

Dikatakannya pula, pihaknya juga berperan untuk meneliti bibit mana yang sesuai dengan perairan Kokas saat ini. 

"Yang bisa kami update sekarang ialah, kita sudah coba di perairan Kokas dari Bulan Juli 2024 lalu dan memang ini masih tahap uji coba," tandasnya. 

1 Petani Rumput Laut di Ugar Berhasil Panen Perdana

Dari langkah upaya dan pendampingan maupun bantuan yang telah dilakukan pihaknya, kini Yayasan Kaleka sudah berhasil menelurkan 1 petani rumput laut bernama Ali Rumalolas di Kampung Ugar, Distrik Arguni yang telah berhasil panen perdana. 

"Kini sudah ada 1 orang petani rumput laut yang sukses memelihara rumput laut melalui bantuan kebun bibit kami," terangnya. 

Sebelumnya memang Ali Rumalolas memelihara rumput laut di perairan Kokas, namun karena ada gangguan penyu sehingga secara pribadi berinisiatif untuk melakukan uji coba penanaman rumput laut di Kampung Ugar, Distrik Arguni. 

"Alhamdulillah beliau (Ali Rumalolas) telah berhasil melakukan panen bibit perdananya," terang Adinda. 

Serta fokus petani rumput laut tersebut juga untuk membantu selama petani dalam menyediakan bibit. 

"Pokoknya beliau sangat terbuka apabila ada petani yang dari kampung di sekitaran Kokas, Arguni, bahkan di luar dari itu yakni daerah teluk ataupun Karas bisa membeli bibit rumput laut ke beliau sangat terbuka dan dipersilahkan," katanya. 

Sebagai informasi tambahan, dikatakan Adinda untuk sampai pada panen bibit rumput laut membutuhkan waktu selama 25 atau 30 hari, sedangkan untuk panen keringnya memerlukan waktu selama 35 sampai 40 hari lamanya. 

"Kalau boleh memberikan gambaran sedikit meskipun saya bukan spesialis perikanan, tetapi untuk membudidayakan rumput laut memang susah-susah gampang," katanya. 

Karena dikatakannya, sedikit berbeda dengan komoditas lainnya, sebab harus diperhatikan pupuknya, kemudian perlakuannya juga. 

"Contohnya kepiting kan harus diberikan makan tetapi berbeda dengan rumput laut yang hanya ditanam dan dijaga atau dipelihara, perlu diperhatikan ialah dalam menjaganya dan memperhatikan perkembangan atau potensi gangguan misalnya sampah di laut yang menganggu," tandasnya. 

Memang diakui pihaknya keberadaan penyu juga menjadi tantangan tersendiri dalam membudidayakan rumput laut di perairan Kokas.

Namun lanjut dia, yang perlu diperhatikan warga atau petani ialah lebih jeli dan secara bijak memperhatikan lokasi-lokasi yang terhindar dari gangguan penyu serta transportasi masyarakat sehari-hari. 

"Kemudian satu lagi yang menjadi concern, kalau memang mau serius mengembalikan budidaya rumput laut di Kokas maka mulai sekarang sudah harus memperhatikan produksi limbah rumah tangga, selama ini secara bebas membuang sabun cuci piring atau pakaian ke laut, maka itu harus dihindari supaya rumput lautnya berkembang bagus," sarannya.

(*) 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved