Kemenag Papua Barat
Kemenag Papua Barat Tanam 200 Pohon Matoa di Pulau Mansinam, Wujud Nyata Program Ekoteologi
Penanaman pohon matoa ini juga dianggap sebagai bentuk edukasi awal bagi para CPNS yang akan menjadi bagian dari Kementerian Agama.
Penulis: Matius Pilamo Siep | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI — Sebagai bentuk implementasi dari program ekoteologi yang menjadi salah satu arahan utama Kementerian Agama Republik Indonesia, seluruh pejabat Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi Papua Barat bersama 103 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) melakukan penanaman 200 pohon matoa di Pulau Mansinam, Manokwari.
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala Kanwil Kemenag Papua Barat, Luksen Jems Mayor.
Dalam keterangnya, ia menjelaskan bahwa penanaman ini bukan hanya sekadar kegiatan seremonial, melainkan bagian dari gerakan nasional penanaman sejuta pohon matoa, yang dicanangkan untuk menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan sejak dini kepada para ASN dan CPNS.
Baca juga: Tanam Bibit Pohon Matoa, Dominggus Mandacan: Mari Jaga Hutan dan Alam
Baca juga: Bersama Warga Yembekiri Teluk Wondama, Kemenag Papua Barat Rajut Kerukunan dan Cinta Lingkungan
"Salah satu program pemerintah yang menjadi perhatian adalah bahwa setiap CPNS wajib berpartisipasi dalam aksi nyata menjaga lingkungan. Salah satunya melalui penanaman pohon matoa ini," ungkap Luksen.
Ia menambahkan, Pulau Mansinam dipilih sebagai lokasi kegiatan karena memiliki makna historis dan religius yang mendalam bagi masyarakat Papua.
Menurutnya, tempat ini menjadi simbol awal peradaban dan penyebaran nilai-nilai Injil di Tanah Papua.
"Kami ingin memulai perjalanan karier CPNS dari tempat yang sarat makna ini, agar dalam hati dan pikiran mereka tertanam kesadaran akan pentingnya tanggung jawab menjaga bumi Papua, demi menciptakan lingkungan yang harmonis dan berkelanjutan," tuturnya.
Lebih lanjut, Luksen menekankan bahwa kegiatan ini juga merupakan bagian dari penerapan nilai-nilai dasar birokrasi di lingkungan Kementerian Agama, yang terangkum dalam Trilogi Kerukunan, yakni cinta Tuhan, cinta lingkungan, dan cinta kemanusiaan.
"Agama-agama memiliki tanggung jawab moral untuk merawat alam ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, penanaman sejuta pohon matoa menjadi salah satu aksi nyata yang kami wujudkan," jelasnya.
Penanaman pohon matoa ini juga dianggap sebagai bentuk edukasi awal bagi para CPNS yang akan menjadi bagian dari Kementerian Agama.
Harapannya, Luksen mengatakan mereka tidak hanya fokus pada aspek administratif pelayanan publik, tetapi juga memiliki kesadaran ekologis yang tinggi dalam menjalankan tugas.
"Ini bukan sekadar soal menanam pohon. Ini adalah soal bagaimana kita hadir dan menjaga lingkungan di mana pun kita ditempatkan," imbuh Luksen.
Ia mengimbau masyarakat Pulau Mansinam untuk turut menjaga dan merawat pohon-pohon matoa yang telah ditanam.
Sebab, manfaat jangka panjang dari tumbuhnya pohon-pohon ini akan dinikmati langsung oleh warga setempat, baik secara ekologis maupun ekonomis.
"Kami berharap warga bisa melihat, menjaga, dan merawat pohon-pohon ini. Karena ketika kelak berbuah, yang akan merasakan manfaatnya adalah masyarakat Pulau Mansinam sendiri. Terlebih lagi, pulau ini adalah ikon wisata religi yang harus kita jaga bersama," pungkasnya.
(*)