Potret Raja Ampat di Uang Rp 100 Ribu, Menilik Lebih Dekat Piaynemo

Penulis: Mohamad Yoenus
Editor: Jefri Susetio
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wisatawan menikmati keindahan Pulau Piaynemu Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat, Senin (16/5/2016). Kabupaten Raja Ampat terdiri dari 610 pulau dengan empat pulau utama, yaitu Pulau Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo. Dari 610 pulau eksotis tersebut hanya 35 pulau yang memiliki nama.

Tak lama, rombongan melanjutkan perjalanan dengan kapal. Yaitu ke Kampung Wisata Arborek. Menurut Putu, fotografer wisata kami, ini adalah kampung wisata pertama di Raja Ampat.

“Arborek masuk 10 besar desa wisata terbaik di Indonesia,” ujar Putu, pria berdarah Bali.

Di tempat ini kami pun sekalian menyantap makan siang. Arborek dihuni penduduk. Ada homestay, dan daya tarik lain tempat ini, memiliki dasar laut yang menawan. Anda bisa bersnorkeling. Melihat karang dan berbagai biota laut.

Sempat bikin heboh saat kemunculan dua ekor Lumba-lumba yang menari kecil. Wisatawan pun berbondong-bondong lari ke dermaga, untuk mengabadikan momen langka itu.

Kami tidak bersnorkeling di Arborek. Namun di tempat tujuan berikutnya. Ya, inilah Pulau Sauwandarek.

Setelah kapal menepi, kami tak turun ke daratan. Pemandu mengajak untuk langsung bersnorkeling. Peralatan disiapkan, kacamata hingga masker snorkeling.

“Byurrr” suara hentakkan air terdengar mengejutkan kami. Edward, tampak langsung melompat tanpa mengenakan peralatan.

Sejak awal ia memang berkali-kali menanyakan kepada pemandu, “kapan snorkeling”.

Mata kami semua teruju ke Edward, dia tampak telentang, badannya mengapung memandang langit. “Ayo turun snorkeling,” ujar dia sambil membalikkan badannya.

“Selamat datang di akuarium Raja Ampat,” kata Putu. “Ayo turun, silakan pakai peralatannya,” ujarnya sambil menenteng kamera untuk mengbadikan wisatan di dalam air bersama ikan-ikan berparas cantik, biota laut dan berbagai rupa batu karang.

Tempat terakhir yang kami kunjungi tak kalah indah. Pulau Pasir Timbul. Seperti namanya, pulau ini muncul tiga kali dalam sehari. Pukul 06.00 WIT, 11.00 WIT dan 15.00 WIT, masing-masing sekitar 30 menit. Tepatnya saat air laut surut.

Kapal kami menepi di sekitar pasir putih pulau ini yang berada bukan di pinggir daratan, tapi lebih menjorok, seolah muncul pasir di laut.

Wisatawan tampak berfoto di pulau ini berlatar Pulau Roti, yang memang bentuknya menyerupai roti. Anak-anak pun terlihat senang bermain pasir putih.

Hari sudah semakin sore. Air mulai pasang, Pulau Pasir Timbul akan kembali “hilang” tertutup air. Kami bergegas naik ke kapal, dan menuju arah pulang. Ini adalah destinasi terakhir kami di Raja Ampat.

Setelah sekitar dua jam perjalanan pulang, terdengar suara azan berkumandang, dan kapal kami pun tiba di pelabuhan keberangkatan awal.

Halaman
1234