TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI- Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIT. Langit mendung, hujan pun turun. Satu per satu kami menaikki speedboat dari pelabuhan Usaha Mina, Sorong, Papua Barat.
Ya, pagi itu, Minggu 3 Juli 2022, kami akan berkeliling seharian di Raja Ampat. Pulau yang berada di ujung barat Papua.
Rendy. Pemandu rombongan perjalanan kali ini. Keseluruhan bersama awak kapal, berjumlah 14 orang, berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Solo, Jawa Barat, Sumatera Utara juga mereka dari Papua.
Baca juga: Pulau Wayag, Tujuan Populer Wisata Raja Ampat, Gugusan Pulau Manjakan Mata Pelancong
Baca juga: Cerita Taher Warfandu 10 Tahun Arungi Laut Raja Ampat, Terkesan sama Ahok dan Sandiaga Uno
Sebelum perjalanan, ia mengingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan.
“Kalau ada sampah, silakan simpan di dalam boat,” ujarnya.
Kami pun berdoa bersama agar cuaca tetap bersahabat. Tidak turun hujan lebat, atau angin disertai ombak kencang yang bisa saja memaksa kami untuk kembali, tidak melanjutkan perjalanan.
“Kalau sampai ada kapal terbalik karena cuaca buruk atau gelombang ombak besar, tidak pernah ada. Tapi kami pernah harus balik arah kembali setiap cuaca dirasa sangat buruk, oombak sangak besar,” kata Rendy.
Deru suara mesin speedboat terdengar cukup kencang. Kami pun harus mengeraskan suara saat berbincang agar terdengar satu sama lain.
Sepanjang perjalanan di kapal, kita menyaksikan ikan-ikan seolah terbang melompat.
Beruntungnya, sesekali muncul Lumba-lumba empat hingga enam ekor, naik turun di perairan.
“Ini jarang sekali, tidak bisa ditebak kapan Lumba-lumba munculnya. Biasanya saat mendung setelah atau saat hujan,” ujar pria asal Ambon yang sudah dua tahun menjadi pemandu wisata Raja Ampat.
Selama perjalanan yang cukup panjang, sejumlah wisatawan berbincang asyik sambil mendengarkan penjelasan pemandu tentang lokasi-lokasi yang akan dikunjungi.
Beberapa orang memilih untuk tidur saat memasuki setengah perjalanan.
Setelah menempuh perjalanan sekira 2,5 jam, akhirnya kami sampai di lokasi pertama. Piaynemo.
Tempat ini favorit banyak orang mengabadikan momen. Gerimis tidak menyurutkan kami untuk menaikki tangga berbahan kayu hingga sampai di puncak, spot berfoto yang sudah disediakan.