TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Target pemerintah melalui lembaga pendidikan negeri dan swasta untuk pengentasan angka putus sekolah di tanah Papua masih "fatamorgana".
Hal ini diungkapkan Wakil Rektor I Bidang Akademik UNIPA Manokwari, Profesor Sepus Fatem, saat meninjau pelaksanaan Sekolah Sepanjang Hari (SSH) di Distrik Konda kabupaten Sorong Selatan Papua Barat Daya (PBD) belum lama ini.
"Hari ini di Tanah Papua, persoalan pendidikan secara umum dan upaya pengentasan angka putus sekolah masih menjadi sebuah fatamorgana," ujar Profesor muda ini kepada TribunPapuaBarat.Com, Kamis (29/2/2024).
Baca juga: Dekan FKIP Unipa Hengki Mofu Dorong Fungsi Pengawas Sekolah untuk Masalah Guru Pedalaman yang Absen
Baca juga: Lulusan UNIPA Akan Dibekali SKPI, Prof Sepus Fatem: Wisudawan 2024 Jadi Pioner
Berangkat dari latar belakang tersebut, UNIPA melalui Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) telah bekerjasama dengan Pemda Sorsel untuk mengembangkan program Sekolah Sepanjang Hari atau SSH.
"SSH merupakan konsep yang digagas oleh Tim UNIPA dalam rangka mencari model yang mampu menjawab akar persoalan pendidikan tingkat sekolah dasar di Kabupaten Sorong selatan," kata Fatem.
Ia mengatakan, bahwa saat ini kegiatan uji coba dan desian pembelajar berbasis konsep SSH sedang berlangsung di Kampung Konda dan Warmagege Distrik Konda Kabupaten Sorsel.
"Program SSH telah berjalan sekitar 3 bulan sejak diresmikan bersama-sama oleh Pemda Sorsel, UNIPA dan masyarakat Distrik Konda pada bulan November 2023 lalu," ujar Fatem.
*Data BPS dan Hasil Kajian Tim UNIPA*
Dengan membaca data BPS, kata Fatem, bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua pada tahun 2023 adalah 63,01, dan meningkat 0,85 poin (1,37 persen) dibandingkan tahun sebelumnya yakni 62,16.
Sementara IPM Papua Barat pada tahun 2023 mencapai 67,47 dan meningkat 0,75 poin (1,12 persen) dibanding capaian tahun sebelumnya.
"Artinya, bahwa selama periode 2020-2023, IPM Provinsi Papua Barat rata-rata meningkat sebesar 0,77 persen per tahun," kata Profesor Sepus Fatem.
Ia mengatakan, bahwa salah satu komponen IPM yakni layanan pendidikan, khususnya rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah.
Bahkan jika di tarik lebih khusus di Kabupaten Sorong Selatan, sesuai Hasil penelitian Tim UNIPA, dijumpai bahwa ada ratusan anak usia sekolah di Sorsel Papua Barat Daya yang putus sekolah.
"Minimnya dukungan orang tua dan keterbatasan jumlah guru menjadi salah satu penyebab kondisi itu," bebernya.
Di Kabupaten Sorsel, hasil studi tersebut dijelaskan bahwa harapan Lama Sekolah dari penduduk yang berusia 7 tahun baru setingkat 13,17 tahun atau setingkat Diploma 1. Sementara rata-rata lama Sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas baru mencapai 7,49 tahun atau kelas 1-2 SMP.