Cerita Pegiat Literasi di Papua Barat Lamek Dowansiba, Berawal dari Kepedulian hingga Tolak Jadi PNS
Lamek Dowansiba (30) merupakan pemuda yang menjadi pegiat literasi di Papua Barat.
Penulis: Safwan Ashari | Editor: Astini Mega Sari
Lamek sempat diberikan pilihan untuk menduduki sejumlah posisi di Kabupaten Manokwari, namun ia menolaknya.
"Saya melihat, pekerjaan literasi ini adalah jalan yang mulia. Literasi adalah panggilan hati dan saya tidak mau kejadian dulu berulang pada generasi saat ini," lanjut Lamek.
"Saya pernah diminta untuk menjadi sorang PNS. Namun rasa cinta kepada dunia literasi membuat saya harus menolak itu," kata pria asal Arfak itu.
Sebagai anak muda, Lamek lebih ingin berkiprah di luar sistem.
Sebab jika sudah menjadi seorang PNS, maka waktunya untuk kegiatan literasi akan sedikit.
Baca juga: Serukan Penarikan Rem Darurat, Gugus Tugas Covid-19 Papua Barat: Kalau Tidak, RS Bakal Lumpuh
Apalagi, jelas Lamek, hingga kini kondisi pendidikan di Papua Barat belum menyasar pada anak-anak di perkampungan.
"Masih banyak anak (SD, SMP dan SMA) di kampung-kampung belum bisa baca," tuturnya.
Sehingga dirinya merasa terpanggil untuk turun langsung menyelamatkan generasi muda di daerah ini.
Sukses Buka Program Literasi
Berbekal niat dan tekad, Lamek kini berhasil membangun 24 program literasi.
Muridnya kini mencapai 500 orang, yang tersebar di beberapa Kabupaten/Kota di Papua Barat.
"Ada aktif, dan juga yang masih punya beberapa hambatan. Tetapi saya pikir inilah proses," ujarnya.
Baca juga: Kasus Meningkat, Jubir Covid-19 Papua Barat Sebut PPKM dan Lockdown Jadi Solusi
Bagi Lamek yang lebih terpenting adalah dunia literasi harus ditanamkan sejak awal di tengah-tengah masyarakat.
Harapan Lamek, ke depannya pemerintah harus menjadikan dunia literasi sebagai program prioritas di Papua Barat.
"Kita tidak boleh bergantung pada pendidikan formal, gerakan literasi akan sangat membantu anak-anak di Papua Barat," imbuhnya.(*)