Kisah Pemuda Dirikan Rumah Baca di Pedalaman Arfak Papua Barat, Henok Ingin Putus Buta Aksara
Seorang pemuda asal suku Sougb, mendirikan sebuah rumah baca di pedalaman Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat demi menghapus buta aksara.
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Seorang pemuda asal suku Sougb, mendirikan sebuah rumah baca di pedalaman Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat demi menghapus buta aksara (tak tahu baca).
Yakni Henok Ayaumen (26) memilih terjun ke dunia literasi di pelosok Kampung Dugrijmog, Distrik Didohu, Arfak, Papua Barat, tempat kelahirannya.
Tak mudah akses menuju rumah baca tersebut, dimulai dari Kabupaten Manokwari dengan waktu tempuh sekira delapan jam perjalanan.
Rumah baca itu diberi nama Sijo yang diambil dari bahasa Arfak, yang jika diartikan mengandung arti yakni terimakasih.
Baca juga: Masalah Antrean BBM Berlarut-larut, Pj Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw: Apa Kata Dunia
Sijo adalah satu-satunya rumah baca di Kampung Dugrijmog yang didirikan Henok setahun lalu.
Henok mengaku, awalnya ia termotivasi dengan sosok Lamek Dowansiba pria asal Arfak yang kini menjadi founder 24 komunitas rumah baca di Papua Barat.
"Ketika saya ingin diwisuda di STKIP Muhammadiyah pada 2021, sempat berpikir setelah ini mau kerja apa," ujar Henok, kepada TribunPapuaBarat.com, Selasa (12/7/2022).
Kendati demikian, ketika melihat postingan Lamek yang selalu agresif dalam mendorong dunia literasi di Papua Barat, perasaannya pun ikut tergerak.
"Saya pun meminta Kakak Lamek untuk berdiskusi pada Januari 2021, dan beliau ikut mensuport kami agar bisa mendirikan rumah baca Sijo," ucapnya.
Awalnya, rumah baca ini didirikan di Kampung Soribo, Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari.
"Buku-buku yang kami dapatkan semuanya didonasikan dari Komunitas Suka Membaca (KSM) yang pendirinya adalah Kakak Lamek," jelas pria asal Arfak itu.
Baca juga: Kisah Heroik Pria Arfak Hapus Buta Aksara di Pedalaman Papua Barat: Adik di Balik Gunung Butuh Kita

Ia berujar, waktu itu rumah baca Sijo sempat berjalan selama empat bulan di Soribo, Manokwari.
Setelah diwisuda pada Juni 2021, ia pun merasa terpanggil untuk menggerakkan pendidikan di tanah kelahirannya.
"Kampung saya sudah sejak berdiri tidak ada sekolah dan rata-rata anak-anak di sana belum tahu baca," ungkapnya.
"Adik-adik di atas sampai usia 15 tahun tidak sekolah dan belum tahu baca."
Baca juga: Ketum PKB Muhaimin Iskandar Salurkan Hewan Kurban dari DKI Jakarta hingga Papua Barat