Fenomena Antrean BBM di Papua Barat
Fenomena Antrean BBM di SPBU Dinilai Memalukan, Syafruddin: Indikator Ekonomi di Kota Rusak
Fenomena antrean BBM di sejumlah SPBU di Kota Sorong Papua Barat menjadi pemandangan menjadi sorotan berbagai kalangan, termasuk legislator.
Penulis: Petrus Bolly Lamak | Editor: Haryanto
TRIBUNPAPUABARAT.COM, SORONG - Fenomena antrean Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah Sistem Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Sorong menjadi pemandangan menjadi sorotan berbagai kalangan, termasuk legislator.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Sorong, Syafruddin Sabonama menilai fenomena tersebut sebenarnya memalukan.
Karena masyarakat datang mengantre panjang dan mengganggu aktifitas perekonomian serta lalu lintas juga terhambat.
"Ini toko-toko punya akses masuk ditutup dengan panjangnya antrean di SPBU kota," ungkapnya, kepada TribunPapuaBarat.com, Sabtu (23/7/2022).
Baca juga: Polda Papua Barat Ungkap Mafia BBM Subsidi Libatkan Bos Kontraktor di Manokwari
Ia menyampaikan, Pemerintah Kota Sorong harus mengambil peran dan menjadi garda terdepan dalam mengatasi masalah BBM.
Komisi II DPRD Kota Sorong sudah melakukan rapat dengan pemerintah Kota Sorong.
Dalam rapat itu, DPRD bersepakat Pemkot Sorong membentuk tim. Tapi sampai sekarang tim belum terbentuk.
"Sampai detik ini Pemkot belum juga bentuk tim, sehingga dampaknya sulit melakukan pengawasan BBM," katanya.
Baca juga: Berawal dari Penangkapan 2 Mafia BBM Subsidi, Polda Papua Barat Temukan Pola Baru
DPRD meminta kepada dinas-dinas terkait dan juga kepolisian berkolaborasi melakukan pengawasan.
Karena ada indikasi bahwa praktik antrean BBM selalu terjadi penggandaan.
"Pemerintah harus melibatkan kepolisian karena ada indikas antrean dilakukan berulang kali oleh satu jenis mobil. Ini tidak tepat sasaran namanya. Satu mobil antre berulang kali. Konyol," ujarnya.
Baca juga: Pertamina Sebut Mafia BBM di Papua Barat Terstruktur, Dukung Tindakan Tegas Kapolda
Ia menambahkan antrean panjang di SPBU menunjukan indikator manajemen perekonomian di Kota Sorong sedang buruk.
Kejahatan dalam hal mafia BBM juga menjadi persoalan yang sedang diselidiki baik dari Pertamina, pemerintah dan kepolisian.
"Ada kejahatan oknum tertentu yang mengumpulkan BBM kemudian dijual kembali," pungkasnya.
Hingga akhir Juli, antrean minyak di sejumlah SPBU di Kota Sorong masih terlihat panjang.
Padahal beberapa waktu lalu Pertamina mengaku stok BBM bersubsidi di Papua Barat masih aman hingga 15 hari ke depan. (*)