Pelita FKUB Papua Barat Sosialisasi Moderasi Beragama, Gelar Kegiatan untuk Pemuda Lintas Agama
"Gerakan ini kami namakan Dialog Karya yakni, mengumpulkan pemuda lintas agama dalam satu kegiatan sehingga bisa terjadi interaksi sosial,"
Penulis: Libertus Manik Allo | Editor: Tarsisius Sutomonaio
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Pemuda Lintas Agama Forum Kerukunan Umat Beragama (Pelita FKUB) Papua Barat mengatakan sosialisasi tentang moderasi beragama harus secara masif.
Sekretaris Pelita FKUB Papua Barat, Toto Rizqi Darwinto, mengatakan sosialisasi moderasi beragama penting agar sesama anak bangsa bisa memiliki pemahaman yang sama soal bersikap dan berperilaku dalam memeluk agama.
"Moderasi beragama itu adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama," kata Toto Rizqi Darwinto saat ditemui TribunPapuaBarat.com di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Manokwari di Jalan Esau Sesa Sowi Gunung, Manokwari, Rabu (28/09/2022).
Caranya, ucap Toto, mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat manusia dan membangun kemaslahatan umum berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi.
Upaya-upaya Pelita FKUB Papua Barat tentang moderasi beragama di antaranya membuat kegiatan sosial seperti menamam pohon, membersihkan pantai, dan membersihkan tempat ibadah.
Baca juga: Sekretaris MUI Papua Barat Sebut Peran Agama Ciptakan Perdamaian: Selamat Peter Youngren
"Gerakan seperti ini kami namakan Dialog Karya yakni, mengumpulkan pemuda lintas agama dalam satu kegiatan sehingga bisa terjadi interaksi sosial, saling mengenal, dan bisa memahami satu sama lain," ujarnya.
Menurut Toto Rizqi Darwinto, Dialog Karya adalah FKUB Papua Barat mendekati generasi muda untuk mencegah gesekan yang biasanya cenderung dimulai oleh anak-anak muda.
Ia mengatakan moderasi beragama bukan hal absurd yang tak bisa diukur, tapi dapat terlihat dari empat indikator utama yakni:
1. Komitmen kebangsaan
Penerimaan terhadap prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam UUD 1945 dan regulasi di bawahnya
Baca juga: Ketua PGGP: Ramadhan 1443 Hijriah Merupakan Hadiah untuk Persatuan Umat Beragama di Papua Barat
2. Toleransi
Menghormati perbedaan dan memberi ruang orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat. Menghargai kesetaraan dan sedia bekerja sama.
3. Anti kekerasan
Menolak tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan, baik secara fisik maupun verbal, dalam mengusung perubahan.
4. Penerimaan terhadap tradisi
Ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya lokal dalam perilaku keagamaan, sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama.
"Masih banyak indikator lain yang selaras dan saling berkaitan," kata Toto Rizqi Darwinto.(*)