Berikut Hasil Survei IPO Terhadap Tragedi Stadion Kanjuruhan, 5 Lembaga yang Harus Bertanggungjawab

Berikut Hasil Survei IPO Terhadap Tragedi Stadion Kanjuruhan, sebagaian besar masyarakat tahu ratusan orang meninggal dunia karena gas air mata

SURYA//Purwanto
Suporter tim Arema FC, Aremania membentangkan sepanduk tuntutan atas Tragedi Kanjuruhan di Balaikota Malang, Jawa Timur, Kamis (10/11/2022). Ribuan Aremania menuntut kasus Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang agar di usut tuntas. Aremania juga menuntut kasus Tragedi Kanjuruhan sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Berat. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM - Indikator Politik Indonesia (IPO) melakukan survei terhadap tragedi Stadion Kanjuruhan dengan tema temuan 'Sikap Publik terhadap Tragedi Kanjuruhan dan Reformasi PSSI'.

Dan hasil dari survei tersebut, aparat kepolisian disebut menjadi pihak yang harus bertanggungjawab atas tragedi yang menewaskan ratusan orang itu.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan, 39,1 persen lebih responden yang ditanya menyatakan kepolisian harus bertanggungjawab atas insiden ini.

Baca juga: Komnas HAM Sebut PSSI Langgar Aturan Sendiri dan Regulasi FIFA dalam Tragedi Kanjuruhan

Baca juga: Poin TGIPF soal Kanjuruhan: Ketum PSSI Diminta Mundur hingga Syarat untuk Liga 1,2,3 Dilanjutkan

Terutama aparat kepolisian yang membawa pelontar gas air mata.

"Kalau kita tanya siapa yang paling bertanggungjawab atas tewasnya ratusan penonton? Dari mereka yang tahu tragedi Kanjuruhan, 39,1 persen menyebut aparat kepolisian," kata Burhanuddin saat menyampaikan hasil surveinya secara daring, Minggu (13/11/2022).

Lanjut Burhanuddin, pihak selanjutnya adalah penyelenggara Liga 1 dan PSSI yang juga harus bertanggungjawab atas insiden yang menelan banyak korban jiwa.

Selain penyelenggara Liga 1 dan PSSI, suporter yang disebut sebagai pemicu munculnya kericuhan di Stadion Kanjuruhan juga diminta untuk bertanggungjawab, dan terakhir harus adanya pertanggungjawaban dari TNI.

"27,2 persen itu penyelenggara liga, 13 persen menyebut PSSI, 10,2 persen ada yang menyalahkan Suporter dan 1,7 persen TNI," ungkapnya.

Kendati demikian, dari hasil tersebut, tidak ada pihak dominan yang diminta untuk bertanggungjawab.

Namun, sebagian besar dari masyarakat menyatakan mengetahui ratusan orang meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu, karena adanya tembakan gas air mata ke arah tribun penonton.

"Jadi artinya tidak ada yang dominan meskipun paling banyak menyebut aparat kepolisian tidak ada yang di atas 50 persen," kata ucapnya.

"Ada sebanyak 86,8 persen responden mengaku tahu Suporter tewas karena tembakan gas air mata," timpalnya.

Burhanuddin juga mengatakan, sebagian besar dari masyarakat atau responden juga tidak percaya adanya narasi kalau penggunaan gas air mata sudah sesuai prosedur.

Bahkan, angkanya kata Burhanuddin, mencapai lebih dari 50 persen responden yang mengetahui kalau kematian ratusan penonton itu akibat gas air mata.

"Pihak kepolisian mengatakan bahwa tembakan gas air mata tersebut sudah sesuai prosedur, kan muncul statement dari oknum ya, sebagian besar (64,5 persen) tidak setuju dengan pernyataan tersebut," kata dia.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved