Liputan Khusus
Perahu Motor Fredrik Mendadak Mati Baling-baling Tersangkut Sampah Plastik di Teluk Doreri Manokwari
sampah laut terbukti mencemarkan ekosistem perairan dan perlahan melemahkan geliat ekonomi masyarakat pesisir yang sangat bergantung dari laut
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Haryanto
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Warga di sekitar Perairan Teluk Doreri, Manokwari, Papua Barat meminta Pemerintah Daerah Kabupaten Manokwari dan Pemerintah Provinsi Papua Barat, menanggapi serius masalah sampah laut.
Lantaran, sampah laut terbukti mencemarkan ekosistem perairan dan perlahan melemahkan geliat ekonomi masyarakat pesisir yang sangat bergantung dari laut.
Awan hitam menggelayut dan gerimis menemani Fredik (23) melepaskan tali tambatan motor tempel miliknya dari Jembatan Ketapang Kwawi, Manokwari, Papua Barat, Kamis (6/4/2023) siang.
Baca juga: Viral Pesisir Pulau Lemon Manokwari Papua Barat Jadi Lautan Sampah
Setelah menyalakan mesin motor tempel bermerek Jhonson, Fredik lalu mengarungi perairan Teluk Doreri untuk mengantar 10 penumpangnya menuju ke Pulau Lemon dan Pulau Mansinam.
Baru berlayar sekira tiga menit, mesin Jhonson milik Fredik mendadak mati, karena sampah plastik tersangkut di baling-baling mesin.
Bagaimana tidak, perahu motor yang dibawa Fredik berlayar di atas lautan sampah perairan Teluk Doreri, khususnya di pesisir Kampung Kwawi, Kelurahan Pasir Putih, Manokwari.
Beragam jenis sampah seperti botol plastik, bungkus kemasan, bangkai hewan, ranting pohon dan dedaunan terapung di perairan Teluk Doreri.
Baca juga: Dubes Norwegia Jalin Kerja Sama di Papua Barat Daya, Sampah Plastik Jadi Masalah Dunia
Akibatnya, suguhan keindahan lanskap Teluk Doreri dari Jembatan Ketapang Kwawi yang biasa terlihat saat cuaca cerah, berupa hamparan birunya lautan tanpa sampah dengan Pulau Mansinam dan Pulau Lemon, berubah menjadi lautan sampah.
Terumbu karang di kedalaman beberapa meter, yang sering terlihat dengan jelas, hari ini terhalang sampah-sampah yang membentuk laiknya karpet di perairan Teluk Doreri.
Menurut Fredik, sampah-sampah tersebut tersapu air dari area perkotaan Manokwari setelah diguyur hujan terus menerus sejak Rabu (5/4/2023) sore hingga Kamis (6/4/2023) pagi.
"Tong (kita) sudah tidak heran lagi dengan sampah-sampah ini. Kalau hujan terus atau air pasang, pasti Teluk Doreri siap tadah sampah dari kota,' terang Fredik kepada TribunPapuaBarat.com di Manokwari, Kamis (6/4/2023).
Baca juga: Tekan Sampah Plastik, Pemkab Manokwari Siapkan Warisan Budaya UNESCO Ini untuk Dipakai Belanja

Fredik mengaku, jika dalam kondisi lautan sampah seperti hari ini, bolak-balik ke Pulau Mansinam dan Pulau Lemon jadi lebih kurang.
Lantaran, ucapnya, jika hari biasa hanya membutuhkan waktu tempuh 30 sampai 40 menit sekali perjalanan pulang-pergi Jembatan Ketapang Kwawi- Pulau Mansinam.
Sehingga, total dalam sehari ia bisa melakukan tiga sampai empat kali pengantaran penumpang dengan rute yang sama.
"Tapi, kalau sampah begini, tong bawa perahu harus pelan-pelan. Tra (tidak) bisa cepat-cepat. Jadi, waktu terbuang dan antar tidak sebanyak hari biasa," tutur Fredik.
Baca juga: DLH Papua Barat Gelar Lomba Melukis Tempat Sampah, Wujud Promosikan Pengelolaan Sampah

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.