Jejak Merah Putih di Fakfak, Kisah Raja Ati-ati Yusuf Bay Dapat Pesan dari Soekarno

Jiwa nasionalisme Raja Ati-ati Yusuf Bay mulai terbentuk tatkala menerima surat secara langsung dari Presiden Soekarno. 

Tribun-Papua.com/Aldi Bimantara
Adik kandung Raja Ati-ati Yusuf Bay, Yahya Bay, saat menunjukkan Tugu Pengibaran Bendera Merah Putih di Kampung Werpigan, Distrik Wartutin, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (13/5/2023). 

Ketika itu, Raja Ati-ati Yusuf Bay dititipkan Bendera Merah Putih yang diikat pada sebatang bambu dan juga Sagu Lempeng oleh Abu Talib Heremba untuk dikibarkan.

Baca juga: Satgas Pamtas Berikan Layanan Kesehatan untuk Murid-Murid SD Inpres 2 Bomberay Fakfak

"Dorang (mereka) kasih bendera tersebut secara sembunyi-sembunyi untuk dikibarkan. Ketika akan bergegas balik, mereka tidak panggayung (mendayung) ke arah darat karena takut ditangkap militer Belanda, tapi mendayung ke arah Pulau Panjang," ujar Yahya Bay.

Ia berkisah, yang menerima Bendera Merah Putih dari tentara Indonesia Abu Talib Heremba ialah satu tokoh, yakni Temin Anggeluli.

Temin berlari sambil badannya bergetar membawa bendera itu dan menyerahkannya ke Raja Ati-ati

"Saat diserahkan Kaka Raja Ati-ati, langsung bendera itu diikat di sepucuk bambu dan ditancapkan pada tanah yang saat ini telah terbangun Tugu Pengibaran Bendera Merah Putih ini," kata Yahya Bay.

Baca juga: Bakal Diresmikan Juli 2023, Berikut Profil Bandar Udara Siboru Fakfak

Ia mengatakan, jiwa nasionalisme Raja Ati-ati Yusuf Bay mulai terbentuk tatkala menerima surat secara langsung dari Presiden Soekarno. 

"Pada zaman itu, Presiden Soekarno membuat surat khusus dan surat itu 3 bulan baru sampai ke Fakfak melalui Hongkong dan surat tersebut diserahkan kepada Kapitan Cina di Fakfak untuk diteruskan kepada Bapa Raja Ati-ati Yusuf Bay," kata Yahya Bay.

Dalam surat itu, ucapnya, Presiden Soekarno memerintahkan Raja Ati-ati Yusuf Bay untuk mengangkat senjata dan membela negerinya melawan Belanda.

"Menindaklanjuti pesan atau amanah tersebut, Raja Ati-ati mengambil lima buah mortir sebagai simbol perjuangan dan berpesan kepada anak buahnya untuk melawan Belanda secara sembunyi-sembunyi," kata Yahya Bay. (Aldi Bimantara)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved