Jejak Merah Putih di Fakfak, Kisah Raja Ati-ati Yusuf Bay Dapat Pesan dari Soekarno

Jiwa nasionalisme Raja Ati-ati Yusuf Bay mulai terbentuk tatkala menerima surat secara langsung dari Presiden Soekarno. 

Tribun-Papua.com/Aldi Bimantara
Adik kandung Raja Ati-ati Yusuf Bay, Yahya Bay, saat menunjukkan Tugu Pengibaran Bendera Merah Putih di Kampung Werpigan, Distrik Wartutin, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Sabtu (13/5/2023). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, FAKFAK - Perjuangan pengibaran Bendera Merah Putih di satu daerah tertua di Papua, Kabupaten Fakfak, masih meninggalkan jejak.

Hal itu dapat dilihat dari Tugu Pengibaran Bendera Merah Putih di Kampung Werpigan, Distrik Wartutin, Kabupaten Fakfak, Papua Barat

Lokasi tugu tersebut terletak tak begitu jauh dari objek wisata Pantai Warna-warni, Kampung Werpigan

Dari pusat Kota Fakfak, yakni Taman Kota Satu Tungku Tiga Batu, berjarak 24 km untuk tiba di Kampung Werpigan.

Secara visual, tugu tersebut tampak sederhana yang dibangun untuk menjadi tanda pernah dikibarkan Bendera Merah Putih oleh Raja Ati-ati saat itu, yakni Raja Yusuf Bay.

Baca juga: Tingginya Kasus Stunting Jadi Isu Utama Musrenbang Distrik Wartutin Fakfak

 

Pada tugu tersebut, ada replika bendera dari beton yang dicat warna merah putih dan replika bambu berwarna kuning keemasan. 

Ada replika rantai yang mengitari satu bidang dengan warna dasar biru muda. 

Melalui tugu tersebut, pengunjung dapat melihat informasi jelas mengenai maksud didirikan tugu itu, yakni untuk mengenang pengibaran Bendera Merah Putih oleh Raja Yusuf Bay

Ada keterangan waktu saat pengibaran Bendera Merah Putih yang dilakukan Raja Yusuf Bay, tepatnya pada 28 Saban 1372 Hijriah.

Termuat juga keterangan bahwa pada Senin, 2 Mei 1953, telah berkibar sang saka Merah Putih di tempat tersebut. 

Baca juga: Bawaslu Fakfak Segera Pantau Tahap Verifikasi Bacaleg

Akibatnya terjadi kontak senjata antara pasukan Belanda dan Kesatuan Banteng Putih (RI), tiga pejuang  Tanah Air gugur.

Tribun berkesempatan mewawancarai tokoh masyarakat Kampung Werpigan yang adalah adik kandung Raja Ati-ati Yusuf Bay, yakni Yahya Bay.

Meskipun sudah dalam kondisi sepuh, Yahya Bay masih mengingat momen pengibaran Bendera Merah Putih tersebut yang dikisahkan kepadanya. 

"Saat itu, ada pesta silat di kampung sebelah. Abu Talib Heremba yang menjadi pimpinan pasukan kala itu dan ada lima pasukan dari Indonesia yang akan tiba di Kampung Werpigan dan, akhirnya, masuk ke Kolam Atatuni," katanya.

Ketika itu, Raja Ati-ati Yusuf Bay dititipkan Bendera Merah Putih yang diikat pada sebatang bambu dan juga Sagu Lempeng oleh Abu Talib Heremba untuk dikibarkan.

Baca juga: Satgas Pamtas Berikan Layanan Kesehatan untuk Murid-Murid SD Inpres 2 Bomberay Fakfak

"Dorang (mereka) kasih bendera tersebut secara sembunyi-sembunyi untuk dikibarkan. Ketika akan bergegas balik, mereka tidak panggayung (mendayung) ke arah darat karena takut ditangkap militer Belanda, tapi mendayung ke arah Pulau Panjang," ujar Yahya Bay.

Ia berkisah, yang menerima Bendera Merah Putih dari tentara Indonesia Abu Talib Heremba ialah satu tokoh, yakni Temin Anggeluli.

Temin berlari sambil badannya bergetar membawa bendera itu dan menyerahkannya ke Raja Ati-ati

"Saat diserahkan Kaka Raja Ati-ati, langsung bendera itu diikat di sepucuk bambu dan ditancapkan pada tanah yang saat ini telah terbangun Tugu Pengibaran Bendera Merah Putih ini," kata Yahya Bay.

Baca juga: Bakal Diresmikan Juli 2023, Berikut Profil Bandar Udara Siboru Fakfak

Ia mengatakan, jiwa nasionalisme Raja Ati-ati Yusuf Bay mulai terbentuk tatkala menerima surat secara langsung dari Presiden Soekarno. 

"Pada zaman itu, Presiden Soekarno membuat surat khusus dan surat itu 3 bulan baru sampai ke Fakfak melalui Hongkong dan surat tersebut diserahkan kepada Kapitan Cina di Fakfak untuk diteruskan kepada Bapa Raja Ati-ati Yusuf Bay," kata Yahya Bay.

Dalam surat itu, ucapnya, Presiden Soekarno memerintahkan Raja Ati-ati Yusuf Bay untuk mengangkat senjata dan membela negerinya melawan Belanda.

"Menindaklanjuti pesan atau amanah tersebut, Raja Ati-ati mengambil lima buah mortir sebagai simbol perjuangan dan berpesan kepada anak buahnya untuk melawan Belanda secara sembunyi-sembunyi," kata Yahya Bay. (Aldi Bimantara)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved