Mata Lokal Memilih

Fakfak Jadi Kabupaten Paling Rawan Kampanye Negatif di Medsos, Ini Kata Arifin Takamokan

Arifin menambahkan, pihaknya tidak bisa kerja sendiri, sebab harus ada kolaborasi nyata guna meminimalisir para penyebar hoaks.

Penulis: Aldi Bimantara | Editor: Libertus Manik Allo
TribunPapuaBarat.com//Aldi Bimantara
KAMPANYE NEGATIF - Ketua Bawaslu Fakfak, Arifin Takamokan menyebutkan sesuai rilis Bawaslu RI, Kabupaten Fakfak Papua Barat menjadi daerah paling rawan kampanye negatif di media sosial setelah Jakarta, Rabu (1/11/2023). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, FAKFAK - Ketua Bawaslu Fakfak Arifin Takamokan mengatakan, Kabupaten Fakfak menjadi daerah paling rawan kampanye negatif di media sosial (Medsos).

Hal itu merujuk dari rilis yang dikeluarkan Bawaslu RI beberapa waktu lalu.

"Jadi memang untuk tingkat kabupaten dan kota, tingkat kerawanan paling tinggi ada di Kabupaten Fakfak dengan skor 30,46," kata Arifin Takamokan saat diwawancarai TribunPapuaBarat.com di kantornya, Rabu (1/11/2023).

Baca juga: Arifin Takamokan Berkomitmen Jadikan Bawaslu Sebagai Rumah Keadilan Pemilu Warga Fakfak

Baca juga: Bawaslu Kaimana Gelar Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Menuju Pemilu 2024

Arifin mengatakan, secara umum memang Kabupaten Fakfak ialah daerah yang paling rawan serta memiliki tingkat kerawanan paling tinggi, berdasarkan total jumlah kejadian untuk seluruh indikator kerawanan media sosial.

"Baik dengan adanya kampanye bermuatan sara, hoaks, dan ujaran kebencian di media sosial," rincinya.

Untuk itu Bawaslu RI mendorong agar adanya kolaborasi berbagai pihak.

Terutama untuk menangkis serangan hoaks dan ujaran kebencian dalam kampanye di media sosial.

Di antaranya ialah pembentukan satgas yang terdiri dari Kemenkominfo, platform media sosial, penyelenggara pemilu dan komunitas masyarakat.

Bahkan, sambung dia, pihaknya sudah bentuk tim siber untuk mengawal pemilu 2024 mendatang.

"Ke depannya, tentu tak dipungkiri serangan para buzzer dan sebagainya untuk menganggu proses demokrasi prosedural yang dilaksanakan pasti sangat masif," ujarnya.

Arifin menambahkan, pihaknya tidak bisa kerja sendiri, sebab harus ada kolaborasi nyata guna meminimalisir para penyebar hoaks.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved