Info Unipa

Cerita Fajar, Mahasiswa FPIK UNIPA di Balik Sasi Pulau Nusmapi Manokwari

“Kami melihat Pulau Nusmapi kuat dengan ibadahnya. Maka, sasi yang dilakukan adalah sasi gereja,” ujarnya.

TribunPapuaBarat.com//Kresensia Kurniawati
SASI LAUT – Ketua Ecodefender Manokwari La Ode Muhammad Zidane Fajar atau akrab disapa Fajar saat pembukaan sasi laut di Pulau Nusmapi atau Pulau Lemon, Manokwari, Papua Barat, pada Sabtu (25/5/2024). 

Diwartakan TribunPapuaBarat.com sebelumnya, Koordinator Urusan PI Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) Gereja Kristen Indonesi (GKI) Bahtera Utrecht Pulau Nusmapi Yoseph Raubaba mengatakan, sasi akan kembali ditutup pada 1 Agustus 2024 mendatang.

“Hasil sasi kurang lebih satu tahun  65 hari ini hasilnya sangat memuaskan, Sebelum sasi, ikan-ikan banyak yang takut, namun setelah sasi ikan-ikan tersebut sudah tidak takut,” ungkap Yoseph Raubaba kepada (TribunPapuaBarat.com, 25/5/2024).

Ia menyebut, sebagian besar masyarakat di Pulau Nusmapi, termasuk dirinya sendiri, bermata pencaharian sebagai nelayan.

Dengan pemberlakuan sasi, ucapnya, nelayan terpaksa melaut bermil-mil jauhnya ke wilayah perairan Oransbari, Manokwari Selatan hingga ke Numfor.

Ia mengatakan, selain dilarang menangkap ikan di kawasan sasi, tapi para nelayan juga dilarang penangkapan ikan tidak ramah lingkungan, seperti dengan menggunakan bom, potassium, dan linggis yang dipakai untuk membongkar karang.

Tatapi diakuinya, para nelayan Pulau Nusmapi legawa menjalankannya karena sadar bahwa sasi mampu membuat biota laut bertambah banyak yang akan mendatangkan keuntungan ekologis maupun ekonomi bagi masyarakat Pulau Nusmapi, hingga ke keturunan selanjutnya.

Menurut dia, dahulu warga Pulau Nusmapi memandang sasi sebagai upacara adat dengan peran roh leluhur membantu agar biota laut bertambah banyak. Kini, makna sasi bagi warga Pulau Nusmapi lebih luas sebagai bentuk ucapan syukur dan merawat ciptaan Tuhan.

“Salah satunya hasil ikan itu untuk membantu proses penerimaan dalam jemaat. Apa yang Tuhan punya kita kembalikan ke Tuhan,” tuturnya semringah.

Joel Rumbobiar, pemilik hak ulayat Pulau Nusmapi mengaku, awalnya sebagian masyarakat menolak sasi.

Kendati begitu, saat ini masyarakat Pulau Nusmapi berkomitmen meneruskan sasi di tahun-tahun mendatang, selain sebagai upaya konservasi lingkungan, tapi juga sebagai daya tarik wisata pulau yang dihuni 40-an kepala keluarga itu.

(*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved